Musim hujan tiba dengan cara yang khas, mengetuk dedaunan, menyesap ke tanah, dan mengisi kolam-kolam yang sempat mengering. Di desa, kedatangannya bukan sekadar perubahan cuaca. Ia adalah alunan kehidupan yang memengaruhi ritme masyarakat, membawa cerita tentang ketahanan, kerja sama, dan kehangatan.
Bagi seorang pendamping desa, musim hujan adalah momentum memahami lebih dalam denyut kehidupan desa.
Ketika hujan mulai turun, sawah-sawah di desa kembali hidup. Aliran air memenuhi petak-petak ladang yang sebelumnya terlihat gersang. Petani menyambutnya dengan suka cita, karena air adalah sumber kehidupan. Namun, musim hujan juga membawa tantangan tersendiri.
Jalan tanah yang menjadi licin, banjir yang sesekali datang tanpa permisi, hingga ancaman penyakit seperti demam berdarah adalah bagian dari realitas yang tak terelakkan. Di tengah semua itu, semangat gotong royong masyarakat desa menjadi penopang utama.
Sebagai pendamping desa, kehadiran di tengah masyarakat selama musim hujan memberi pelajaran tentang pentingnya adaptasi. Ketika banjir datang, tidak jarang masyarakat harus bekerja sama untuk memperbaiki tanggul atau membersihkan saluran air.
Di sinilah terlihat bagaimana nilai-nilai tradisional yang mereka junjung tinggi menjadi kekuatan sosial yang tidak bisa diremehkan. Gotong royong bukan sekadar istilah, melainkan praktik nyata yang terus hidup, bahkan di tengah modernisasi yang perlahan menyentuh desa.
Musim hujan juga menjadi waktu yang menarik untuk mengamati bagaimana masyarakat desa memanfaatkan sumber daya alam secara bijak. Mereka memahami betul kapan harus menanam dan kapan harus menunda.
Pengetahuan lokal yang diwariskan secara turun-temurun ini sering kali lebih relevan daripada teori-teori yang dibawa dari luar. Namun, pengetahuan ini tidak selalu cukup. Perubahan iklim yang semakin nyata memaksa mereka menyesuaikan diri dengan pola cuaca yang sulit diprediksi.
Dalam kondisi ini, peran pendamping desa menjadi sangat penting. Bersama masyarakat, pendamping desa mencoba mencari solusi yang tidak hanya praktis tetapi juga berkelanjutan.
Misalnya, membangun saluran irigasi yang lebih baik, menginisiasi penanaman pohon di sepanjang bantaran sungai untuk mencegah longsor, atau memberikan edukasi tentang pentingnya kebersihan lingkungan untuk mengurangi risiko penyakit. Solusi-solusi ini tidak datang dari satu pihak saja, tetapi merupakan hasil dari diskusi panjang dan keterlibatan aktif masyarakat.