Candaan ini, meskipun terlihat ringan, sebenarnya dapat melukai perasaan banyak orang. Mereka yang benar-benar bernama Agus bisa saja merasa minder atau kehilangan kepercayaan diri akibat guyonan yang tidak sensitif. Tidak ada yang ingin nama mereka dijadikan bahan lelucon, apalagi dalam skala nasional.
Nama adalah bagian penting dari identitas seseorang. Nama membawa harapan dan doa dari orang tua yang memberikannya. Nama Agus, misalnya, berasal dari kata Latin Augustus, yang berarti mulia atau agung (Hanks and Flavia Hodges, 2003). Namun, makna ini sering kali terabaikan karena stigma yang semakin kuat akibat candaan di media sosial.
Nama tidak seharusnya menjadi penentu karakter seseorang. Menyamaratakan semua orang bernama Agus sebagai sesuatu yang negatif adalah bentuk ketidakadilan.Â
Ada ribuan, bahkan jutaan orang bernama Agus di Indonesia, dan sebagian besar dari mereka adalah orang-orang baik yang menjalani hidup dengan jujur dan bekerja keras.
Budaya kita cenderung lebih fokus pada hal-hal buruk daripada kisah-kisah baik. Beberapa kasus viral yang melibatkan orang bernama Agus lebih diingat daripada kisah inspiratif tentang mereka.Â
Media sosial juga memperkuat fenomena ini. Candaan dan meme menyebar dengan cepat, dan banyak yang ikut menyebarkannya tanpa berpikir panjang.
Perilaku ini perlu diubah. Sudah saatnya semua orang lebih bijak dalam memandang identitas seseorang. Sebagai bangsa yang dikenal ramah dan penuh toleransi, masyarakat Indonesia seharusnya mampu lebih menghormati nama dan identitas seseorang.
Kisah tiga Agus yang dikenal, misalnya, adalah bukti bahwa nama tidak mencerminkan kualitas seseorang. Agus pertama dikenal dermawan sejak muda, sementara dua Agus lainnya adalah pendamping desa yang bekerja keras tanpa pamrih. Ada banyak Agus lain di luar sana yang juga menjalani hidup dengan penuh dedikasi.
Berhenti memperkuat stigma negatif ini adalah langkah awal. Mulailah mengangkat kisah-kisah positif tentang orang-orang bernama Agus. Dengan begitu, nama Agus tidak lagi diasosiasikan dengan hal-hal buruk, melainkan menjadi simbol inspirasi dan dedikasi.
Nama Agus tidaklah meresahkan. Yang meresahkan justeru cara masyarakat memperlakukan nama itu. Ketika menghindari penghakiman terhadap seseorang hanya berdasarkan namanya, akan terlihat bahwa setiap orang memiliki potensi berbuat baik, apa pun nama mereka.
Yang jelas, tidak semua yang bernama Agus meresahkan. Justru, banyak dari mereka yang menjadi inspirasi dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Semoga stigma ini segera berakhir, dan setiap nama dapat dihormati sebagaimana mestinya.