Saat mendengar nama “Nasi Keleong,” bayangan saya langsung melayang ke tampah besar berisi nasi, seolah siap disajikan dalam pesta desa. Namun, di Warung Jamaq Jamaq (WJJ) Ampenan, Lesehan yang terletak di seberang Kantor BMKG, menu ini bukan tentang jumlah nasi, melainkan cara menghadirkan kehangatan dalam sebuah keleong kecil.
Sebagai representasi pendamping desa, saya berkesempatan menghadiri soft launching Warung Jamaq Jamaq pada Minggu, 17 November. Warung ini dijadwalkan resmi dibuka kembali pada 20 November mendatang, setelah sempat vakum hampir dua bulan untuk proses restorasi yang kini menghadirkan suasana lebih segar dan tradisional.
Begitu memasuki area WJJ, suasana tradisional langsung menyapa. Nama “jamaq jamaq” yang berarti “biasa saja” dalam bahasa Sasak justru menjadi ironi, karena tempat ini jauh dari kesan sederhana. Deretan sawung tradisional berjajar dengan rapi, sementara kolam kecil dengan gemericik air menciptakan nuansa damai. Hamparan rumput hijau memberikan keleluasaan untuk makan sambil bersila, menghidupkan kembali suasana masa kecil di kampung halaman.
Ketika Nasi Keleong tersaji, kesederhanaannya justru menjadi daya tarik utama. Hidangan ini disajikan di atas keleong kecil berlapis daun pisang, memberikan sentuhan estetika yang alami. Tradisi begibung—makan bersama dari satu wadah, yang menjadi budaya khas Sasak—terasa nyata di sini.
Seporsi nasi putih dikelilingi aneka lauk-pauk sederhana namun menggoda. Pilihan lauk utamanya adalah ayam goreng yang renyah atau bajo, ikan asin khas Sasak yang kaya rasa, serta ikan goreng crispy sebagai opsi lain. Tempe dan tahu goreng yang klasik menemani dengan sentuhan rumahan, sementara sayur kelor bening memberikan kesejukan. Sambal limau dan sambal goreng Lombok menjadi pendamping yang menguatkan cita rasa lokal.
Mencicipi setiap elemen Nasi Keleong adalah pengalaman rasa yang membumi. Ayam gorengnya garing di luar namun tetap lembut di dalam, dengan bumbu tradisional yang meresap sempurna. Jika memilih bajo, rasa asin yang khas memberikan kontras lezat dengan kelembutan nasi. Tempe dan tahu gorengnya sederhana tetapi memuaskan, terlebih saat dipadukan dengan sambal limau yang pedas segar. Sayur kelor yang ringan menyeimbangkan keseluruhan rasa, menghadirkan harmoni dalam setiap suapan.
Namun, yang paling istimewa adalah cara menikmatinya. Seporsi Nasi Keleong dirancang untuk dinikmati bersama dua hingga tiga orang. Ada kehangatan yang muncul saat tangan-tangan meraih makanan dari tampah yang sama—menghidupkan nilai kebersamaan dalam tradisi begibung. Di sini, berbagi bukan hanya soal makanan, tetapi juga cerita dan tawa yang mengiringi.
Dengan harga Rp50.000, Nasi Keleong di WJJ menghadirkan lebih dari sekadar hidangan. Suasana pedesaan, cita rasa autentik, dan sentuhan tradisi berpadu sempurna, menjadikan warung ini sebagai destinasi kuliner yang berkesan. Bagi siapa pun yang ingin mencicipi rasa khas Lombok sambil menyelami budaya Sasak, Nasi Keleong di Warung Jamaq Jamaq adalah pengalaman yang tak boleh dilewatkan. Ini bukan hanya tentang makan, melainkan sebuah perjalanan kembali ke akar tradisi, yang tersaji dalam keleong kecil penuh kenangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H