“Tenang di Negeri Orang”
Saat pulang cuti untuk memperpanjang visa, Ibu Siti, seorang TKI yang bekerja di Arab Saudi, datang ke kantor desa di kampung halamannya di Lombok. Ia duduk tenang di sudut ruangan, dengan sebuah buku berwarna biru dongker di tangannya. Saya mengenal buku itu dengan baik — Adzkarul Mu'minin, kumpulan dzikir dan doa karya TGH. Musthafa Umar Abdul Aziz yang banyak diamalkan oleh masyarakat Lombok. Melihatnya membolak-balik halaman dengan khusyuk, rasa penasaran saya muncul, dan saya menghampiri Ibu Siti.
Setelah menyapa dengan ramah, saya bertanya kepadanya tentang buku yang ia baca. Sambil tersenyum, Ibu Siti mulai bercerita tentang pengalaman hidupnya sebagai TKI dan bagaimana wirid Adzkarul Mu'minin telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupannya di perantauan.
“Sebelumnya, saya mengalami banyak masalah dengan majikan,” ujarnya pelan, seakan mengingat masa-masa sulit yang pernah ia alami di Arab Saudi. “Mereka sangat keras, dan saya sering kali merasa cemas dan tidak nyaman. Setiap hari, saya bekerja dalam tekanan yang membuat saya stres.”
Namun, keadaan mulai berubah ketika salah seorang teman sesama TKI yang pernah nyantri di Pondok Pesantren Al-Aziziyah mengenalkan wirid Adzkarul Mu'minin kepadanya. Temannya itu memberitahunya bahwa dzikir dan doa-doa dalam buku tersebut dapat membawa ketenangan batin dan melindungi dari berbagai masalah.
“Saya mulai membacanya setiap hari, setelah shalat Subuh dan sebelum tidur. Awalnya, saya hanya sekadar mengikuti saran teman, tetapi semakin lama, saya merasakan sesuatu yang berbeda,” lanjut Ibu Siti dengan penuh keyakinan. “Ketenangan itu datang dengan sendirinya. Setiap kali saya membaca wirid ini, hati saya menjadi lebih tenang. Saya merasa lebih kuat menghadapi pekerjaan dan tekanan dari majikan.”
Ia juga menceritakan bahwa setelah ia rutin mengamalkan wirid ini, hubungannya dengan majikan mulai membaik. Sikap keras mereka perlahan-lahan melunak, dan sekarang Ibu Siti merasa lebih dihargai dan diperlakukan dengan lebih baik. “Majikan saya sekarang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Kami jarang berkonflik, dan saya merasa lebih nyaman bekerja di sana,” katanya dengan senyum hangat.
Wirid ini, menurut Ibu Siti, telah menjadi pelindung spiritual baginya selama berada di negeri orang. “Setiap kali saya merasa cemas atau khawatir, saya mengambil buku ini dan membaca doa-doa di dalamnya. Dan selalu, perasaan tenang segera datang,” tuturnya dengan nada syukur. “Saya tidak bisa membayangkan hidup di luar negeri tanpa pegangan spiritual seperti ini. Hidup jauh dari keluarga sangat berat, tetapi dengan wirid ini, saya merasa lebih dekat dengan Allah, dan itu memberikan saya kekuatan.”
Ketika saya bertanya bagaimana ia pertama kali mengenal buku tersebut, Ibu Siti menceritakan bahwa buku Adzkarul Mu'minin ini telah lama dikenal di kalangan masyarakat Lombok, terutama di lingkungan pesantren. “Teman saya yang memperkenalkan wirid ini pernah mondok di Al-Aziziyah, dan dia yang mengajari saya cara mengamalkannya. Sejak saat itu, saya tidak pernah lepas dari buku ini,” tambahnya sambil menggenggam buku biru dongker itu dengan penuh rasa hormat.
Kisah Ibu Siti menunjukkan betapa pentingnya memiliki pegangan spiritual dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi mereka yang berada di perantauan dan jauh dari keluarga. Amalan wirid seperti Adzkarul Mu'minin tidak hanya memberikan ketenangan batin, tetapi juga membangun kekuatan spiritual yang mampu membantu seseorang melewati tantangan hidup.