Semarang, sebuah kota kecil di luasnya tanah IndonesiaÂ
19 September 2016, sebuah momen yang mendalam
Kepada bumi Indonesiaku tercinta,
Apa kabar? Dari kabar yang kudengar, sepertinya keadaanmu tak begitu baik. Aku tahu, belakangan ini engkau sedang banyak menangis. Kurasa aku mulai paham apa yang telah membuat hatimu resah.
Aku mendengar bahwa 46-58 juta hutan hilang setiap tahunnya, atau sama saja dengan 36 lapangan sepakbola yang hilang setiap detiknya. Dan aku benar-benar paham bahwa kau menderita, dan kesakitan atas kerusakan lingkungan yang terjadi. Miris, tapi aku menyadari bahwa kami, anak-anakmu lah yang melakukannya. Engkau terus menunjukkan kepada kami cinta kasihmu yang tulus, dan hatimu yang besar. Tetapi, dengan bodohnya kami tidak pernah belajar dari segala kesalahan kami.
Keserakahan kami telah menghancurkanmu setiap detiknya. Â Kami menghancurkan hutan, paru-parumu, membakarnya habis hingga menjadi abu, tak bersisa. Kehangatanmu kini menjadi semakin panas, dan panas sementara mesin-mesin kami memenuhi permukaanmu dan mengelabukan langitmu. Lautanmu telah terpolusi oleh minyak dan limbah. Kami sepenuhnya sadar bahwa perbuatan kamilah yang menjadi akar dari segala masalah terhadap kesehatanmu. Namun, kami telah dibutakan oleh rasa nyaman dari sumber dayamu yang berlimpah, kami telah tenggelam dalam keserakahan dan keegoisan kami. Hingga kami ragu untuk mengubah perbuatan kami.
Kami sadar bahwa kami tak seharusnya memperlakukanmu seperti ini, sementara engkau telah melaksanakan peranmu dengan sangat baik. Engkau telah melindungi kami, manusia dari radiasi dan sinar ultraviolet dari matahari, menyediakan bagi kami segala mineral, serta sumber makanan dan air bagi kehidupan kami, menganugerahkan kami dengan segala keindahan alam yang tidak pernah gagal untuk membuat kami kagum dan menyembuhkan jiwa kami. Dengan tidak tahu diri, kami tidak merawatmu seperti bagaimana engkau telah merawat kami.
Kini aku mengerti, bahwa perbuatan kami yang sekecil apapun, akan mempengaruhi kesehatanmu. Sekarang sudah waktunya bagi kami untuk menyadari bahwa melindungimu dan mrawatmu dengan baik adalah kewajiban kami. Jadi kumohon, bertahanlah menghadapi kami sedikit lagi. Saat ini, kali telah berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan segala kerusakan yang telah kami perbuat. Kumohon, jangan lagi goncangkan tanah kami dengan gempa bumi, karena kami masih berusaha memperbaiki segala kerusakan dari masa lalu. Jangan lagi genangkan kota kami dengan air matamu, karena kami sudah cukup menderita menerima hukuman kami. Dan janganlah bekukan hatimu, karena kami dan anak cucu kami masih ingin hidup di bumi ini.
Kami sedang berusaha untuk menanam lebih banyak pohon, untuk membuatmu merasa nyaman kembali. Kami juga berusaha untuk menghemat energi, karena kami tahu bahwa sumber dayamu akan segera habis tak lama lagi, bila kami tidak berusaha, Kami juga berusaha untuk kembali menyeimbangkan ekosistem, dengan mencintai segala mahkluk hidup yang masih kami miliki di bumi ini.
Kami juga sedang berusaha untuk menumbuhkan kesadaran diantara kami mengenai bagaimana tindakan-tindakan kecil dari kami juga akan menjadi suatu hal yang menguntungkan bagi kami dan bagimu, bumi pertiwi kami. Kami akan terus mencoba dan berusaha, sedikit demi sedikit. Bagaimana pun juga, setetes air juga akan dapat membentuk lautan yang luas jika kita terus menuangkannya.
Maafkan kami karena kami seringkali lupa bahwa kami tidak lebih dari sekedar butiran debu, bahwa kami bukanlah apa-apa tanpamu. Kini mata kami telah terbuka, kami telah menyadari segala penderitaan dan keresahanmu. Dan kami berjanji, bahwa kami akan berusaha semampu kami untuk menyelamatkanmu dari kerusakan lingkungan yang terus menggerogotimu. Dan hingga saat itu tiba, tetaplah sehat selalu, dan tetaplah bertahan demi kami.