Mohon tunggu...
Ikhwan Mansyur Situmeang
Ikhwan Mansyur Situmeang Mohon Tunggu... -

Staf Pusat Data dan Informasi Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pimpinan/Anggota DPD Buka Puasa Bersama Presiden

6 Agustus 2012   06:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:11 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah Rabu (25/7) di Jl Widya Candra III No 10 Jakarta, rumah dinas Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Marzuki Alie, Senin (30/7) di Jl Denpasar Blok C-III No 8 Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yuhoyono dan isteri, Kristiani Herrawati atau Ani Susilo Bambang Yudhoyono, serta Wakil Presiden Boediono dan isteri, Herawati Boedino, bersilaturahim sekaligus berbuka puasa dengan pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Presiden ketiga Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie bersama puteranya, Ilham Akbar, menghadiri acara. Para senator (pimpinan/anggota DPD) seperti Rahmat Shah (senator asal Sumatera Utara juga Sekretaris Kaukus Antikorupsi DPD), Bambang Prayitno Soeroso (senator asal Bengkulu juga Ketua Kelompok DPD), Ahmad Farhan Hamid (senator asal Nanggroe Aceh Darussalam juga Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat) pun menghadiri acara. Yunahar Ilyas, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, memberikan hikmah Ramadhan.

Selaku shohibul bait (tuan rumah), Ketua DPD Irman Gusman, didampingi istrinya, Liestyana Rizal, memulai sambutannya bahwa bersilaturahim sekaligus berbuka puasa merujuk hadits rasulullah Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa Sallam (SAW), yaitu menguatkan rasa saling percaya, kasih sayang, kerja sama, saling memahami, dan saling mengenal, baik sebagai muslim maupun warga. Bahkan menambah rezeki dan memperpanjang usia.

Selain bermanfaat sebagai ajang silaturahim, dalam sambutannya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, berbuka puasa juga ajang refleksi. “Mudah-mudahan bulan Ramadhan tahun ini bisa meningkatkan kepribadian kita masing-masing, karena masih banyak tugas dan pengabdian yang mesti kita lakukan untuk bangsa dan negara yang sama-sama kita cintai.”

Kesempatan tersebut digunakannya untuk berterima kasih kepada pimpinan/anggota DPD atas kerja sama sesuai dengan fungsi, tugas, wewenang, dan tanggung jawab dalam konstitusi dan aturan. Kita sering bertemu di berbagai forum, utamanya untuk memikirkan dan membangun daerah di seluruh tanah air. “Semoga kebersamaan kita berlanjut, sehingga lebih banyak lagi yang bisa kita lakukan untuk seluruh rakyat kita, untuk seluruh daerah kita.”

Dua butir penting

Ia menjelaskan dua butir penting yang relevan dengan apa yang terjadi di negeri tercinta ini sebagai kesimpulan wawancaranya dengan sebuah media massa beberapa hari lalu, yang diterbitkan bulan Agustus ini.

Kesatu, apakah sistem otoritarian lebih baik untuk suksesnya sebuah pembangunan dibandingkan dengan sistem demokrasi. “Karena dikatakan banyak negara yang menganut sistem otoritarian ternyata pembangunan ekonominya lebih berhasil,” ujarnya. Yudhoyono menyatakan pendapatnya.

“Sistem otoritarian mungkin bisa mempermudah semua hal. Barangkali bisa menata, mengontrol, dan bahkan bisa melakukan apa pun atas nama negara. Tetapi sistem otoritarian menyimpan bom waktu dan sering ada batasnya. Oleh karena itu, demokrasi, sepanjang berkualitas dan bermartabat, jauh lebih baik dari sistem otoritarian. Dengan demokrasi yang hidup, dukungan rakyat akan lebih kuat. Pembangunan kita tentu hasilnya lebih baik.”

Demokrasi dalam prosesnya selalu ada tantangan, sebagaimana kita menghadapinya sekarang. “Marilah kita percaya, manakala demokrasi yang kita bangun telah mencapai tahap kematangannya yang sejati, hampir pasti lebih baik dari sistem apa pun. Marilah bersama-sama kita matangkan kehidupan demokrasi.”

Kedua, desentralisasi dan otonomi daerah. “Banyak yang mengatakan justru dengan desentralisasi dan otonomi daerah, banyak sekali hambatan, di dalam pembangunan yang dilaksanakan di negeri ini.”

“Saya harus mengatakan bahwa desentralisasi dan otonomi daerah adalah pilihan kita. Koreksi masa lalu ketika pembangunan sentralistik. Tentu saja usia reformasi dan transformasi di negeri kita masih muda, negara lain melaksanakan desentralisasi atau devolusi puluhan tahun. Oleh karena itu, jangan goyah, jangan berbalik arah, karena desentralisasi dan otonomi daerah yang benar akan lebih membawa keadilan, pemerataan. Kebaikan bagi semua. Dan manakala masih ada ekses dalam prosesnya, marilah kita koreksi bersama-sama.”

Seraya memohon petunjuk dan bimbingan Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT), Yudhoyono mengajak hadirin wal hadirat berharap agar kematangan demokrasi berkontribusi bagi pembangunan serta pertumbuhan desentralisasi dan otonomi daerah bermanfaat bagi seluruh rakyat.

Dana transfer Rp 500 triliun

Terakhir, Yudhoyono menjelaskan bahwa tanggal 16 Agustus 2012 ia menyampaikan Pidato Kenegaraan serta Pidato Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dan Nota Keuangan di Kompleks Parlemen, Senayan-Jakarta. “Sejalan dengan apa yang selalu diusulkan DPD, kita terus mengalirkan dana transfer dari pusat ke daerah yang jumlahnya makin besar. Insya Allah untuk pertama kalinya melampaui Rp 500 triliun tahun 2013. Marilah kita kawal dan kita sukseskan, agar mencapai sasarannya, dan tidak terjadi penyimpangan apa pun. Tugas kita bersama-sama.”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun