" "
"Jaga yang lama yang baik, lanjutkan yang lama yang baik dan ambil yang baru yang lebih baik".
Indonesia adalah bangsa yang kaya akan tradisi dan budaya. Maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk menjaga dan melestarikan tradisi dan budaya warisan nenek moyang, kita harus bangga menjadi bagian bangsa ini. Karena, bangsa ini adalah bangsa yang besar.
Bangsa Eropa memiliki kisah cinta yang namanya "Romeo-Juliet". Bangsa Cina memiliki kisah cinta yang namanya "Sampe Ingtay". Bangsa Arab memiliki kisah cinta yang namanya "Qois dan Laila". Bangsa kita punya kisah cinta yang namanya "Ande-ande Lumut dan Panji Asmoro Bangun". Bangsa Barat memiliki kisah super hero namanya "Samson". Bangsa kita mempunyai kisah super hero namanya "Bandung Bondowoso". Bangsa Eropa memiliki kisah Ibu tiri yang kejam namanya "Cinderella". Bangsa kita memiliki kisah ibu tiri yang kejam namanya "Bawang Putih-Bawang Merah". Bangsa Eropa memiliki kisah hewan bisa bicara namanya "Kura-kura Ninja". Bangsa kita juga memiliki kisah hewan yang bisa berbicara namanya "Kancil Mencuri Timun".
Bangsa Arab memiliki alat musik terbang yang terbuat dari kayu dan kulit, Bangsa Eropa memiliki alat musik gitar yang terbuat dari kayu dan tali, Bangsa kita memiliki alat musik gamelan yang terbuat dari logam. Artinya, hanya bangsa yang menguasai ilmu pertambangan yang maju dan penguasaan metarologi yang mapan hingga mampu membuat alat musik dari logam. Bahkan jerman masih tidak percaya dengan keris yang ada di Indonesia karena keris peninggalan bangsa ini hanya bisa dileburkan dengan suhu 15.0000. Sedangkan bom atom hanya sanggup mencapai suhu 60000. Bagaimana bisa orang terdahulu bisa membuat api sepanas itu?. Semua itu menunjukkan kepada kita bahwa bangsa ini adalah bangsa yang besar.
Maka dari itu kita harus menjaga semua tradisi yang kita miliki, selama tidak bertentangan dengan syariat Islam, kalaupun seandainya bertentangan maka kita berkewajiban untuk mempermaknya sehingga sejalan dengan syariat Islam. Seperti yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Sehingga, ada yang namanya tradisi "tahlilan".
Secara khusus kita sebagai suku Madura memiliki tradisi yang banyak juga, salah satunya adalah tradisi membuat bubur merah putih (tajin sappar) di bulan Shafar dan dibagikan ke tetangga terdekat, bubur tersebut terbuat dari tepung beras yang warnanya biasanya terdiri dari dua warna yaitu merah dengan putih yang terdapat gumpalan yang berbentuk kelereng di dalamnya. Bubur tersebut selain memiliki bentuk yang unik dan rasa yang istimewa, juga memiliki makna yang sangat dalam. Warna merah yang mendasari bagian tajin sappar melambangkan darah seorang ibu, yang di dalamnya terdapat gumpalan bubur berbentuk kelereng yang melambangkan bibit embrio calon generasi bangsa. Sedang warna putih di tengahnya melambangkan darah putih atau mani dari ayah.Dengan kata lain, tajin sappar merupakan manifestasi atau gambaran asal muasal terciptanya manusia, yang wajib diingat agar kita selalu mawas dan tidak sombong. Tradisi ini  juga mengajarkan kita untuk saling berbagi walaupun hanya seadanya.
Tradisi tajin sappar juga dikaitkan dengan peristiwa dibantainya cucu Rasulullah SAW oleh Yazid bin Muawiyah yang mana warna merah melambangkan darah yang mengalir dan warna putih melambangkan tulang yang hancur lebur. Melestarikan dan mengembangkan tajin sappar ini merupakan suatu tugas wajib bagi setiap generasi bangsa. Karena, selain memang bubur ini memiliki cita rasa yang istimewa, juga terdapat nilai-nilai kearifan yang tinggi di dalamnya.
Sekian artikel yang penulis susun semoga pembaca dapat mengambil manfaatnya dan mohon maaf sebesar-besarnya apabila dalam tulisan saya terdapat kesalahan dan kekhilafan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H