Mohon tunggu...
Imron Rosjadi
Imron Rosjadi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Suka baca

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

PJKA: Tranportasi Umum Yang Prestisius. Untuk Siapa?

21 April 2013   13:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:51 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak diberlakukannya one man one chair untuk kelas ekonomi, istilah lain dari "tidak berdesak-desakan seperti KRL Dejabodetabek", PJKA telah berbenah diri dan menjadi salah satu transportasi yang tetap diminati dan semakin diminati karena lebih memanusiakan penumpangnya. Pelayanan mutu yang semakin baik membuat lega masyarakat pengguna yang selama ini harus berdesak-desakan bagai "kambing di dalam kandang". Pelayanan 90 hari pemesanan tiket pun selalu habis terjual.  Aman, nyaman dan tepat waktu telah dinikmati pengguna kereta api kelas ekonomi.

Keberlangsungan menikmati kelas ekonomi yang aman, nyaman dan tepat waktu agarknya tidak dapat berlangsung lama. Subsidi silang tidak lagi diberlakukan. Kelas ekonomi sedikit demi sedikit berubah menjadi kelas menengah ke atas. Kelas ekonomi tidak lagi dapat dinikmati dan akan menghilang digantikan "harga tiket baru"  dengan gerbong yang sama namun ber-AC. KA Tawang Alun yang semula harga tiket sebesar Rp 18.000 diganti menjadi Rp 50.000. KA Logawa dan KA Sritanjung kemungkinan tidak lama lagi akan berubah dari Rp 35.000 - Rp 40.000 menjadi Rp 120.000.

Kereta Api kelas ekonomi memang tak layak untuk dipertahankan bagi yang mampu. Kereta Api kelas ekonomi memang tak layak bagi mereka yang mampu tapi tetap menggunakan. Kereta Api kelas ekonomi memang hanya untuk mereka yang benar-benar memiliki pendapatan minim namun layak mendapat pelayanan yang baik. Kereta Api kelas ekonomi semakin hilang dan berganti kelasnya menjadi transportasi umum yang prestisius. Tidak lama lagi logo PJKA pun berganti. Tidak lagi menggunakan angka 2 sebagai logonya.

Langsung dan tidak langsung, PJKA yang semakin prestisius, mengajak penggunanya untuk berganti kendaraan : Roda 2 atau mobil pribadi. Langsung dan tidak langsung, PJKA, mengajak untuk meramaikan dan memanaskan lingkungan yang telah terpolusi dengan penggunaan kendaraan pribadi yang lebih murah. Sayang, khan ? Transportasi massal dengan lagunya "NAIK KERETA API ... TUT TUT TUT .... Buat Siapa, ya ?".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun