Sejak diberlakukannya one man one chair untuk kelas ekonomi, istilah lain dari "tidak berdesak-desakan seperti KRL Dejabodetabek", PJKA telah berbenah diri dan menjadi salah satu transportasi yang tetap diminati dan semakin diminati karena lebih memanusiakan penumpangnya. Pelayanan mutu yang semakin baik membuat lega masyarakat pengguna yang selama ini harus berdesak-desakan bagai "kambing di dalam kandang". Pelayanan 90 hari pemesanan tiket pun selalu habis terjual. Â Aman, nyaman dan tepat waktu telah dinikmati pengguna kereta api kelas ekonomi.
Keberlangsungan menikmati kelas ekonomi yang aman, nyaman dan tepat waktu agarknya tidak dapat berlangsung lama. Subsidi silang tidak lagi diberlakukan. Kelas ekonomi sedikit demi sedikit berubah menjadi kelas menengah ke atas. Kelas ekonomi tidak lagi dapat dinikmati dan akan menghilang digantikan "harga tiket baru" Â dengan gerbong yang sama namun ber-AC. KA Tawang Alun yang semula harga tiket sebesar Rp 18.000 diganti menjadi Rp 50.000. KA Logawa dan KA Sritanjung kemungkinan tidak lama lagi akan berubah dari Rp 35.000 - Rp 40.000 menjadi Rp 120.000.
Kereta Api kelas ekonomi memang tak layak untuk dipertahankan bagi yang mampu. Kereta Api kelas ekonomi memang tak layak bagi mereka yang mampu tapi tetap menggunakan. Kereta Api kelas ekonomi memang hanya untuk mereka yang benar-benar memiliki pendapatan minim namun layak mendapat pelayanan yang baik. Kereta Api kelas ekonomi semakin hilang dan berganti kelasnya menjadi transportasi umum yang prestisius. Tidak lama lagi logo PJKA pun berganti. Tidak lagi menggunakan angka 2 sebagai logonya.
Langsung dan tidak langsung, PJKA yang semakin prestisius, mengajak penggunanya untuk berganti kendaraan : Roda 2 atau mobil pribadi. Langsung dan tidak langsung, PJKA, mengajak untuk meramaikan dan memanaskan lingkungan yang telah terpolusi dengan penggunaan kendaraan pribadi yang lebih murah. Sayang, khan ? Transportasi massal dengan lagunya "NAIK KERETA API ... TUT TUT TUT .... Buat Siapa, ya ?".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H