Mohon tunggu...
Imron Fhatoni
Imron Fhatoni Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar selamanya.

Warga negara biasa!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pemimpin Sukses dan Pemimpin yang Digemari

18 Oktober 2018   10:20 Diperbarui: 18 Oktober 2018   10:52 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi saya, pemimpin yang digemari itu belum tentu sukses. Sementara pemimpin sukses sudah pasti akan digemari. Kenapa? sebab dia berhasil menghadirkan perubahan yang sifatnya substansial dan fundamental bagi masyarakat. Seperti tingkat kesejahteraan, keadilan sosial dan lain-lain.

Bada halnya dengan pemimpin yang digemari. Boleh jadi kita menggemari seseorang bukan karena dia sukses, tapi ada sesuatu yang dimiliki orang itu dan mengena di hati kita. Misalnya kisah penjual nasi goreng cantik yang beredar di media sosial tempo hari. Ia digemari banyak orang bukan karena dia sukses, tapi karena parasnya yang memukau.

Lalu bagaimana membedakan keduanya?

Mudah saja. Kalau mau paham sukses atau tidaknya seorang pemimpin, jangan tanya kubunya. Jelas mereka akan bilang sukses. Jangan pula tanya oposisi, sebab jawabannya pasti tidak sukses. Apalagi bertanya kepada lembaga survei yang menggunakan kaidah-kaidah ilmiah dengan random sampling yang proporsional dan margin error 2,5 persen. Jelas hasilnya akan bias dan subjektif.

Cara yang paling relevan adalah dengan membuka ulang memory dan catatan kita tentang apa saja janji yang sudah ditunaikan dan capaian kinerja pemimpin itu. Bedah semua kinerjanya di masing-masing bidang. Misal, bagaimana kinerjanya di bidang hukum, makin adil atau timpang. Bagaimana tingkat kriminalisasi dan sebagainya.

Bidang ekonomi, rakyat makin sejahtera atau tambah susah. Pengangguran makin banyak atau berkurang. Bidang politik, Indonesia makin demokratis atau represif dan seterusnya. Jika analisa kita selalu mengacu pada variabel kerja dari masing-masing bidang, setidaknya kita bisa bedakan mana pemimpin sukses dan mana pemimpin yang digemari.

Pada akhirnya, jadilah kita pemilih yang berdasar analisa, bukan berdasar yang lain. Salam waras bro..!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun