Mohon tunggu...
Imron Fhatoni
Imron Fhatoni Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar selamanya.

Warga negara biasa!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lain Lubuk Lain Pula Ikannya, Lain Jabar Lain Pula Pilgub NTB

5 Januari 2018   07:17 Diperbarui: 5 Januari 2018   17:35 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilistrasi (gambar: ProgresNews)

Sekali lagi, PKS kembali mengguncang jagat perpolitikan tanah air. Di menit-menit akhir, partai berlogo bulan sabit kembar itu secara sepihak menarik diri dari koalisi yang telah dibangun bersama Partai Demokrat demi mengusung calon gubernur.

Dalam situasi genting, partai dakwah justru melakukan manuver politik yang kontroversial. PKS tetiba mencabut dukungannya kepada Deddy Mizwar, lalu beralih mendukung Sudrajat yang merupakan calon usungan partai Gerindra di pilgub Jabar 2018.

Apakah gerangan yang terjadi? Benarkah kejadian itu semata-mata untuk membangun fundasi yang kokoh antara PKS, PAN, dan Gerindra di 2019 nanti, sebagaimana yang disampaikan Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera? Jika benar, mengapa pula PKS tak menampakkan gelagat itu di menit-menit awal?

Dari tanah suci Mekkah, Fahri Hamzah menuliskan puisi untuk sahabatnya, Deddy Mizwar yang tengah menjabat sebagai wakil gubernur Jawa Barat. Puisi itu pertama kali ditulisnya melalui akun facebook pribadi, yang kemudian dimuat di beberapa media. Tak lama berselang, Demiz pun membalasnya dengan syair yang tak kalah menyejukkan.

Melalui puisi itu, Fahri hendak mengkritisi sikap politik PKS yang memutuskan berpisah dengan Demiz di pilgub Jabar. Sebagai politisi yang juga bermasalah dengan partai serupa, Fahri tentu memahami bagaimana perasaan sahabatnya. Seorang politisi yang gagal mendapat dukungan partai, tentu akan semakin tertatih meniti jalan politik yang dipenuhi pedang.

Rupanya, bola panas tak berhenti bergulir. Yang marak belakangan justru perang kata di dunia maya. Kali ini, sosok ustadz dalam film "kiamat sudah dekat" itu terlibat tweetwar dengan Wakil Ketua Dewan Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid. Jejak digital keduanya diabadikan dalam berbagai pemberitaan yang kian memantik keriuhan.

Tweetwar Demiz vs Hidayat Nur Wahid (gambar: twitter/hwahid)
Tweetwar Demiz vs Hidayat Nur Wahid (gambar: twitter/hwahid)
Terkait PKS dan Demokrat, hubungan dua partai besar itu laksana sepasang remaja labil yang baru menjalin tali kasih. Sekali waktu, keduanya kerap menunjukan hubungan yang harmonis. Namun, dalam banyak kesempatan, tak jarang pula mereka berselisih paham.

Sejarah mencatat, di dua periode kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, PKS turut serta dalam koalisi partai pendukung pemerintah. Ketegangan mulai mencuat saat Demokrat mengusulkan kebijakan non populis dengan menaikkan harga BBM di awal-awal periode kedua pemerintahan SBY, yang lalu mendapat respon keras dari PKS kala itu.

Klimaksnya terjadi pada perhelatan pilgub DKI yang diselenggarakan awal tahun 2017 lalu. Saat itu, PKS sempat menyarankan dukungan terhadap calon dari Demokrat, yakni Agus Harimurti Yudhoyono, sebelum akhirnya memutar arah perahu partai dan mendukung kontestan lain.

Jika politik adalah seni membaca peluang, maka yang sesungguhnya tengah dilakukan PKS di pilgub Jabar adalah memainkan tarian dengan amat lincah demi menemukan pijakan yang kuat, yang nantinya bisa memuluskan langkah partai dalam banyak hal.

Yang dilakukan PKS semakin mempertegas fakta, bahwa politik itu serupa karet gelang yang mudah ditarik ulur sesuai kepentingan. Semua bisa saja berubah sewaktu-waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun