Mohon tunggu...
ALI IMRON
ALI IMRON Mohon Tunggu... -

Dulu Pada saat Masih kuliah sempat mengikuti Training Jurnalis di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan di Kampus UNJ yang di Selenggarakan oleh Teman-teman DIDAKTIKA. Dengan orientasi agar bisa nulis, so.. keinginannya bukan karena ingin jadi Wartawan tetapi supaya bisa dipercaya oleh teman-teman untuk membuat makalah. selain untuk mempraktekkan ilmu yg didapat, juga buat nambah-nambahin uang kuliah. Karena dulu benar-benar KULIAH "Alias" Kuliah dari hasil jerih payah, dengan mencari upah untuk beli uyah dan cari berkah".\r\n\r\n\r\nSekarang juga jual jasa, tapi berbeda dengan yang dulu loch....he heeee.\r\n\r\n\r\nAdvokat / Consultan Hukum; Profesi yang harmonis, mengantarkan seseorang untuk bisa kaya akan pengetahuan, kaya akan pertemanan. Menjadikan seseorang untuk terus "Membaca, terus "Memahami, terus "Menganalisa, terus "Berpikir,terus "Mendengar,terus "Berpendapat dan terus "Bersuara.Dengan Berbijak pada Kebenaran, Kejujuran, Kepedulian dan Berkeadilan. Dengan Tetap Rendah Hati untuk dan bersama "Para Pencari Keadilan".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

To Be The Winner (Jadi Sang Pemenang)

1 Juli 2011   16:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:00 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

archive.kaskus.us

Saya kira setiap orang dalam hidupnya berharap untuk menjadi pemenang. Perjuangan yang sesungguhnya adalah merubah hidup agar lebih baik dan menjadi orang yang sukses. Apa yang menjadi impian dan cita-cita setiap individu adalah digantungkan pada sikap manusia dan pola berpikir peribadi kita sendiri, kalau dikatakan bahwa Tuhan penentu segalanya itu hal yang pasti, namun perlu diyakini bahwa ketika ada teori atau konsep bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali manusia itu sendiri yang mau merubah. Kemudian berangkat dari teori tersebut, maka manusia memiliki peran penting dalam mengarungi hidup ini. Yang kemudian ada sebuah keharusan untuk semangat dan punya loyalitas kerja yang tinggi.

Sikap yang harus ditanamkan dalam pikiran kita saya kira adalah rasa optimis, semangat dan selalu berpikir positif terhadap sesuatu yang akan dilakukan. Memulai pada diri sendiri untuk tidak menggantungkan hidupnya kepada pihak lain. Pelajaran yang harus di petik adalah bagaimana untuk bisa menjadi orang yang percaya diri yang bisa menunjukkan bahwa peribadinya memiliki kemampuan atau kredibilitas dan integritas. Secara tidak disadari kapan saatnya pengembangan diri tidak akan tumbuh kalau hidupnya bergantung kepada orang lain, apalagi ketika ketergantungan itu sudah menjadi candu. Hal ini mungkin bisa terjadi pada pacar, keluarga atau sesama rekan kerja. Ini yang kemudian harus diingat bahwa orang lain bisa memberikan sesuatu sudah pasti ada keterbatasan waktu yang tidak siap untuk selamanya bantuan selalu ada dan bisa diberikan.

Tidak Mudah.Untuk menjadi seorang pemenang perlu perjuangan, kemungkinan besar benturan dan pertarungan yang dialami pasti akan selalu ada. Pertarungan tentunya dihadapi dengan pengorbanan mental yang kuat, hidup ini saya pikir adalah sebuah pilihan tergantung bagaimana dan mana yang akan dipilihnya. Kalau kesuksesan dan impian yang diwujudkan dalam bentuk hidup yang mapan, punya disiplin ilmu, punya profesi yang jelas yang kemudian itu menjadi pilihannya maka secara otomatis bahwa pilihan hidupnya yang di lakukan adalah hal-hal yang mengarah pada tatanan hidup yang baik dan selalu disiplin dalam berbagai hal terutama terkait dengan apa yang menjadi impian dan yang menjadi cita-citanya.

Arti dari sebuah pemenang adalah harus mampu memperlihatkan komitmen, kesabaran jiwa dan penghargaan terhadap aturan, atauran main, sistem dan prosedural yang dibuat harus dijalankan. Komitmen terhadap semua konsekuensi yang memang perlu ditanggung, menyebabkan kita bisa berangkat ke suatu situasi dengan sensasi dan memori positif, sehingga dampak emosi positif ini berubah menjadi energi positif. Inilah yang kemudian menjadi mindset pemenang yang sempurna, karena apa yang menjadi impian bisa terwujud dan bisa dinikmati.

Berniat, Berbuat dan Bertindak. Ketika akan melakukan sesuatu yang baik dan benar, yang sudah seharusnya tidak lagi diperintah, tetapi memang secara natural dengan sendirinya apa yang terlintas dalam pikirannya maka akan sesegera untuk melakukan hal tersebut. Problem yang sering kali terjadi adalah terkadang seseorang enggan untuk melakukan hal yang baik dan benar sekalipun sudah diperintah, pertanyaan-Nya adalah apakah orang tersebut tidak lagi punya natural?, atau apakah sudah ada niat untuk melakukan hal yang baik dan benar namun malas untuk melakukannya?, atau barangkali merasa gengsi terhadap pekerjaan tersebut, karena dirinya marasa tidak pantas untuk melakukan perkerjaan tersebut.

Padahal yang perlu dipahami disini bahwa ketika sudah ada keniatan untuk melakukan hal yang baik aja tidak cukup. coba kita tengok betapa banyak di Indonesia ini yang berlatar belakang sebagai politikus, kritikus, penulis, ahli-ahli hukum atau profesi-profesi yang lainnya, sebagian dari mereka adalah hanya sebatas ucapan di bibir saja, akan tetapi dalam menyambung perasaan dengan komitmen untuk melakukan perubahan kongkrit yang mengarah pada perubahan, bertindak, merubah kebiasaan jelek, merubah orang lain untuk menggapai sukses, Itu masih minim sekali. Ada ungkapan kata yang bijak mengatakan " Winners actually SEE their success BEFORE it happens" berkomentar dan melihat saja tidak cukup...yang terpenting disini adalah untuk menjadi seorang pemenang harus bertindak dan terjun dilapangan, bukan menjadi penonton saja''. Kalau dihadapkan pada suatu pilihan, dan kemudian untuk memilih terhadap sosok politikus, praktisi, pembisnis atau sosok profesi, pengamat atau komentator, maka secara pribadi pilihannya adalah cendrung untuk memilih menjadi orang yang pembisnis dan sekaligus sebagai praktisi hukum, karena keduanya cendrung tidak hanya pandai berbicara namun juga secara langsung terjun dilapangan dan tau persis persoalan yang dihadapi.

Ketika menonton sang juara cukup sekali, itu hanya untuk penyemangat dan untuk membangunkan inspirasi pikiran dan visualisasi. Artinya bahwa janganlah lama-lama menjadi penonton.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun