Mohon tunggu...
imron rosyidi
imron rosyidi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Staff pengajar sekaligus pelaku bisnis online, hobi olahraga dan musik, gemar menulis di blog pribadi maupun blog keroyokan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menghujat Orang Via Twitter, Pentingkah?

28 November 2013   14:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:34 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Entah sudah berapa kali kita melihat, membaca dan mendengar tentang menghujat orang lewat twitter, menghujat seseorang yang mungkin tidak disukai lewat jejaring sosial. apakah dengan menghujat lewat twitter maka permasalahan akan selesai? ataukah harus diselesaikan melalui ring tinju? banyak orang bertanya apa motif dibalik hujatan? apa yang mendorong seseorang bersemangat menghujat orang lain.

Hujat - menghujat telah menjadi candu yang sering ditayangkan di media televisi, seolah - olah menghujat adalah sebuah perilaku terpuji dan baik. bukankah ketika kita menghujat seseorang sebenarnya kita sedang mengumbar aib kita sendiri. Menghujat tidak menunjukkan siapa yang lebih baik, yang menghujat atau yang dihujat.

Kasus hujat - menghujat ini menjadi ramai dan berkembang ketika yang saling menghujat adalah public figure yang sama - sama memiliki popularitas sehingga memiliki pasukan pro maupun pasukan kontra. Perhujatan yang paling ramai tentu yang menantang untuk diselesaikan di ring tinju. Ketika sebuah hujat - menghujat menjadi awal lahirnya tontonan baru pertandingan tinju berhadiah 250 juta dari seorang pengacara kondang. Seandainya acara tinju jadi berlangsung maka suatu saat hujat - menghujat harus berakhir di ring tinju.

Fenomena baru tetapi sebenarnya tidak menarik. Apapun hasil akhirnya mengoceh atau berkicau di twitter bukan untuk hujat - menghujat, saya yakin facebook, twitter dan kaskus dibuat bukan untuk hujat menghujat. Tetapi apapun yang terjadi nasi sudah menjadi bubur, tinggal melihat apakah buburnya akan menjadi bubur ayam atau hanya sekedar bubur yang tidak layak konsumsi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun