Mohon tunggu...
M Imron Fauzi
M Imron Fauzi Mohon Tunggu... Penulis - Pedagang Kecil

Duniaku BUMI MANUSIA dengan segala persoalannya. -Minke

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jamu Tradisional, Bagaimana Nasibmu Kini?

20 Mei 2020   03:09 Diperbarui: 22 Mei 2020   16:09 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bagian dunia yang alamnya kaya sungguh miskin, dan bagian dunia yang tak begitu kaya alamnya menikmati standar hidup tertinggi." -Rodney.

Jamu adalah salah satu kekayaan alam Indonesia yang bisa dimanfaatkan sebagai obat oleh manusia. Jamu dipercaya memiliki banyak sekali khasiat untuk meningkatkan kesehatan tubuh dan melindungi diri dari penyakit. Kini, jamu lebih akrab dengan sapaan obat herbal dikalangan masyarakat. Jamu didapat dari berbagai macam bahan alami yang di ambil dari bagian tumbuhan seperti akar, daun, kulit batang, dan buah.  

Di Indonesia, tumbuhan yang bisa dimanfaatkan menjadi jamu tradisional ada sekitar 30.000 jenis tumbuhan yang teridentifikasi. Sementara itu, berdasarkan hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tercatat 57,7 % penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri tanpa membutuhkan bantuan medis, 31% diantaranya menggunakan tumbuhan herbal, sedangakan 9,8% lainnya menggunakan model pengobatan tradisional lainnya.

Jika menilik kebelakang, disaat masa penjajahan Jepang didirikan komite jamu Indonesia, kemudian pada tahun 1974 hingga 1990 perusahaan yang memproduksi jamu pun banyak bermunculan. Bahkan, pemerintah memberikan pembinaan dan juga memberi bantuan kepada para produsen jamu.

Dari sini dapat kita ketahui bahwa Indonesia memiliki potensi luar biasa yang dimiliki industri jamu nasional. Namun demikian, sikap atas kebijakan yang diambil oleh para pengurus negara membuat jutaan pelaku industri jamu harus megap-megap, bahkan tidak sedikit dari industri jamu rumahan yang lebih memilih gulung tikar karena tidak sanggup menyesuaikan diri dengan kebijakan pemerintah di bidang kesehatan.

Tidak bisa dipungkiri, dewasa ini pemerintah negara kita sangatlah menganaktirikan jamu tradisional. Sebab dari segi hasiat, menurutnya jamu tradisonal jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan obat yang diproduksi oleh farmasi modern. Hal ini sangat terlihat dari rendahnya dukungan pemerintah dalam mengembangkan industri jamu tradisional.

Sikap pemerintah tersebut, tentu tidak lepas dari ketergantungan yang tengah menjerat Indonesia. Sebab, saat ini Indonesia menggantungkan 90 sampai 95 persen bahan baku obat medis dari luar negeri. Kondisi itulah yang membuat otoritas kesehatan Indonesia memandang sebelah mata keberadaan jamu tradisional Indonesia.

Meskipun didalam Kepmenkes 1109/2007 sudah dijelaskan bahwa kesehatan komplementer alternatif sebagai jalan mengintegrasikan pengobatan tradisional dalam pelayanan kesehatan formal. Tapi nyatanya, sebagaimana kita ketahui bersama, peran dokter justru sebagai juru promosi obat-obatan yang di produksi oleh perusahaan farmasi multinasional.

Alasan yang yang sering dilontarkan oleh dokter dalam menolak resep jamu tradisional ialah karena sistem pendidikan yang diterimanya memang berkiblat pada kaidah ilmu kedokteran Barat modern. Selain itu, dokter masih menganggap jamu tradisional tidak tokcer, alias tidak bisa langsung sembuh ketika diminum. Dari sini, mau tidak mau harus kita akui bersama bahwa pamor jamu di Indonesia kian memudar akibat dirongrong oleh kaidah farmasi barat.

Dikalangan akademisi, riset dalam mensaintifikasi jamu tradisional hingga kini masih menglami kemandekan. Bahkan, sejauh ini kita hanya memiliki segelintir Universitas yang menyediakan program di bidang herbal. Lain halnya dengan negara-negara ASEAN lainnya, seperti Thailand sudah mempunyai 21 Universitas yang mengelola program pascasarjana dibidang herbal.

Lebih parahnya lagi, kita sangat terkesan enggan dalam mengurus kekayaan alam kita sampai-sampai rentan terhadap pembajakan hayati (biopiracy), seperti kasus penetapan hak paten atas temulawak oleh perusahaan raksasa asal Korea Selatan. Hak paten tersebut diajukan oleh anak perusahaan LG yang memproduksi alat-alat kebersihan rumah tangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun