Seringkali kebudayaan hanya dikaitkan dengan kesenian saja, padahal tingkah laku manusia dalam kesehariannya juga dapat dikategorikan sebagai budaya. Dalam kebudayaan terdapat berbagai unsur, yaitu bahasa, religi, sistem mata pencaharian, sistem teknologi, sistem pengetahuan, tradisi/ kesenian dan organisasi sosial. Di era globalisasi saat ini kebudayaan dipandang sebelah mata, dan tak jarang generasi muda yang sebenarnya sebagai pewaris dan penerus justru enggan untuk melestarikan kebudayaan lokal. Budaya yang ada di masyarakat adalah hasil dari suatu kebiasaan dan merupakan simbol dari masyarakat tersebut dimana terdapat makna karena merupakan hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia.
Imrok Atun Nafikoh Mahasiswa KKN REGULER UNDIP TIM 1 2023 dari program studi Antropologi Sosial melakukan penelitian terkait dengan potensi sosial budaya yang ada di Desa Sambiroto, Kecamatan Pracimatoro, Kabupaten Wonogiri. Hasil riset yang telah dilakukan dituangkan dalam karya tulis dengan output Booklet  dan selanjutnya diserahkan kepada Kepala SMPS Muhammadiyah PK Pracimantoro, yang dapat menjadi tambahan bahan bacaan di perpustakaan. Diharapkan para siswa dan siswi SMPS Muhammadiyah PK Pracimantoro lebih mengenal sejarah Desa Sambiroto dan juga paham terkait makna dari Tradisi Rasulan, supaya membangunkan rasa untuk melestarikan tradisi lokal agar tetap terjaga dan dapat diwariskan untuk generasi selanjutnya.
Masyarakat Desa Sambiroto mayoritas bermatapencaharian sebagi petani sehingga tradisi yang masih terjaga hingga saat ini dan dilaksanakan setiap tahun adalah tradisi Rasulan atau sedekah bumi. Informasi yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat Bapak Suyito, dijelaskan bahwa  pelaksanaan Rasulan di Desa Sambiroto biasanya dilakukan setelah selesai proses panen 2 kali dan memasuki musim tanam selanjutnya dan untuk harinya dilaksanakan pada hari Kamis Kliwon atau pasaran Kliwon. Inti dari acara tradisi ini adalah ungkapan syukur kepada yang Maha Kuasa atas karunianya pada saat musim panen dan memohon agar saat musim tanam selanjutnya agar mendapatkan perlindungan dan tanaman diharapkan dapat tumbuh dengan baik dan terhindar dari segala hama, agar nantinya dapat menghasilkan panen yang berlimpah. Dan yang menarik dari tradisi Rasulan di Desa Sambiroto adalah terdapat prosesi "Jeguran" yaitu membersihkan sumber air (Luweng) dengan cara masayarkat menceburkan diri atau melompat dari tempat seperti panggung dengan ketinggian kurang lebih 3 meter yang dilakukan sampai air yang ada di Luweng keruh, dan setiap orang bisa menceburkan diri hingga 80 kali namun tidak sembarang orang dapat mengikuti prosesi ini, hanya masyarakat asli Desa Sambiroto yang diperbolehkan untuk melakukan Jeguran karena sempat ada kejadian warga luar Sambiroto yang mengikuti Jeguran akhirnya tenggelam dan baru ditemukan setelah 1 hari kejadian dalam keadaan meninggal. Sumber air dari Luweng ini biasa digunakan untuk mandi ataupun membersihkan kedelei yang akan di jadikan tempe, karena wilayah Sambiroto merupakan salah satu produsen tempe terbesar di Kecamatan Pracimantoro, serta digunakan juga untuk mengairi sawah yang ada disekitar. Alasan setiap acara Rasulan dilakukan Jeguran karena sumber air tersebut memiliki banyak manfaat untuk masyarakat Desa Sambiroto baik untuk kebutuhan sehari-hari ataupun dalam kegiatan pertanian.
Kesenian yang masih terjaga di daerah Desa Sambiroto sampai saat ini adalah Wayang kulit. Setiap acara Rasulan pasti mengadakan pertunjukan Wayang kulit yang diadakan pada puncak acara Rasulan. Hal ini sebagai upaya untuk melestarikan budaya yang ada di masyarakat agar tetap ada dan dikenal oleh kaum muda. Para remaja di Desa Sambiroto cukup antusias dalam mengikuti acara Rasulan dan menonton wayang hingga pagi. Dengan terus mengadakan pertunjukan kesenian wayang kulit, diharapkan para pemuda mempunyai rasa untuk terus menjaga budaya lokal. Dan tidak hanya sekedar menjadi tontonan, dalam cerita wayang juga terdapat tuntunan atau ajaran yang dapat dijadikan pedoman hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H