Haringga Sirla (23) Supporter Persija, The Jack Mania tewas mengenaskan dikeroyok Bobotoh. Dua orang pelajar terlibat pengeroyokan tersebut. Keduanya inisial SM (17) dan DFA (16) sudah ditetapkan sebagai tersangka bersama oknum Bobotoh atau pendukung Persib lainnya. Keduanya dapat dipastikan terlibat dalam pengeroyokan yang terjadi di gerbang biru Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), minggu (23/09), meskipun polisi tidak menjelaskan secara rinci peran yang dilakukan oleh keduanya.
Lagi-lagi pelajar terlibat tindakan anarkis yang sangat tidak pantas. Lalu bagaimana ini bisa terjadi? Siapa yang sepatutnya disalahkan? Pihak sekolah? Organisasi sepakbola? Fans-Club? Atau fanatisme nya?. Siapapun yang salah, apapun alasannya, tindakan pengeroyokan hingga menyebabkan kematian merupakan tindakan yang sangat tidak pantas. Bahkan jika dalam istilah islam bisa disebut dengan "qotlun amdun" yang artinya adalah membunuh dengan sengaja.
"Pelajar" tidak hanya sekedar julukan atau status dalam KTP dan sebagainya. Namun, sebagai nama yang harus di pertanggung jawabkan. Seorang pelajar wajib menjaga nama baik sekolah, orang tua, guru, bahkan nama baiknya sendiri sebagai "pelajar". Lantas bagaimana jika terdapat pelajar yang melakukan tindakan anarkis yang bahkan meregang nyawa? Disadari atau tidak disadari hal ini terjadi karena kurangnya bimbingan serta perhatian. Atau bahkan mereka yang tidak ingin diperhatikan? Wallahu A'lam
Tanggal 23 September 2018 menjadi salah tanggal yang mengukir sejarah atas tindakan fanatisme dari Fans-Club sepak bola. Fans-Club dan sepak bola memang dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Tidak bisa dipungkiri juga bahwa banyak pelajar yang menjadi Fans-Club sepak bola. Namun yang tidak patut adalah adanya fanatisme diantara Fans-Club dan sepak bola khususnya pelajar. Sedangkan fanatisme pelajar bisa terjadi salah satunya karena kurangnya bimbingan, terutama bimbingan dan konseling?
Mengapa dengan Bimbingan dan konseling?
Pelajar atau peserta didik menganggap bahwa sekolah merupakan sarana untuk mencapai cita-cita mereka, untuk mengembangkan bakat dan minat mereka serta mengasah hobi mereka. Pelajar yang pada umumnya berada pada usia  yang masih labil tentu membutuhkan bimbingan untuk mengarahkan cita-cita, bakat, minat dan hobi mereka. Dalam hal ini bimbingan dan konseling mempunya fungsi sebagai pemeliharaan dan pengembangan.
Seiring dengan berjalannya waktu, banyak pelajar atau bahkan hampir semua pelajar enggan melakukan bimbingan dan konseling. Sehingga banyak pelajar yang salah dalam menyalurkan hobi mereka, salah satunya adalah mereka yang mempunyai hobi bermain sepak bola a akan mengidolakan pemain sepak bola dan menjadi salah satu Fans-Club dari sepak bola.
Jika hal ini terjadi secara terus menerus maka lama-kelamaan akan muncul dalam diri pelajar (Fans-Club) sebuah fanatisme kepada kelompok sepakbola yang diidolakan. Jika ini berjalan berjalan terus-menerus tanpa adanya bimbingan dan konseling, maka akan terjadi tindakan anarkis yang dapat merugikan orang lain.
Tidak salah jika dikatakan bahwa tragedi yang terjadi di GBLA yang melibatkan dua pelajar sebagai tersangka dan oknum dari pengeroyokan  merupakan wujud kurangnya bimbingan konseling dan perhatian dari stakeholder khususnya orang tua. Karena bimbingan dan konseling di sekolah mempunyai fungsi pencegahan. Yang mana mungkin dengan adanya kegiatan bimbingan dan konseling secara rutin akan dapat mencegah kegiatan anarkisme pelajar.
Ini sebagai pelajaran bagi seluruh warga Indonesia khususnya bidang pendidikan, bahwasannya adanya bimbingan dan konseling yang teratur dan terstruktur serta rutin di sekolah merupakan suatu hal yang sangat penting. Karna bimbingan dan konseling di sekolah mempunyai banyak prinsip dan fungsi yang nantinya akan dapat menuntun pelajar ke arah yang lebih baik salah satunya adalah fungsi pemahaman dan prinsip yang berkenaan dengan sikap.
Tentunya sebagai pecinta sepakbola, kita tak ingin kompetisinya dihapuskan dari negeri tercinta ini. Salah satu cara adalah dengan adanya bimbingan dan konseling serta tindakan dan penanganan yang tegas atas terjadinya kasus kekerasan bahkan kematian dalam dunia sepakbola. Sepakbola jati diri Indonesia, Fans-Club sah-sah saja, Fanatisme tidak ada guna, dan yang berdosa fanatisme Fans-Club yang membunuh sesame.