Mohon tunggu...
Imroatul Khoyroh
Imroatul Khoyroh Mohon Tunggu... -

Red is Me

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ngompol, Normalkah?

10 Desember 2014   19:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:36 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengeluarkan air seni secara tidak sadar atau biasa disebut ‘ngompol’ biasanya terjadi ketika anak masih bayi sampai balita. Mengapa itu bisa terjadi? Hal itu dikarenakan anak belum mempunyai keterampilan untuk mengendalikan kandung kemihnya. Ngompol biasanya terjadi ketika malam hari saat tidur. Anak-anak biasanya mampu bangun dan pergi ke kamar mandi ketika ia merasa kandung kemihnya penuh. Tapi bagi anak yang memiliki respon kurang baik, mereka tidak bisa bangun dan akhirnya akan buang air kecil di tempat tidur. Pada usia bayi sampai balita, itu bisa dikatakan normal. Akan tetapi ketika anak itu sudah berusia 5-6 tahun tetapi masih ngompol, ini memerlukan penanganan khusus agar hal tersebut tidak terbawa sampai remaja dan dewasa. Lalu bagaimana dengan remaja yang masih ngompol?
Saya punya cerita tentang seorang remaja yang masih ngompol. Saat itu saya menjadi korban ompolan dia (teman saya). Menjengkelkan memang. Waktu itu, ketika SMP saya tinggal di pondok. Bukan pondok modern, bantal dan tikar untuk tidur tidak disediakan oleh pondok. Jadi santri di pondok harus membawa sendiri dari rumah. Waktu itu saya tidur di samping teman saya dan tidak memakai alas untuk tidur. Hanya memakai jaket dan sarung untuk bawahan sekaligus selimut. Dingin? Ya memang dingin. Tapi saya sudah terbiasa dengan hal itu. Ketika sudah melewati tengah malam saya terbangun dari tidur saya dan merasakan ada sesuatu yang basah seperti terkena tumpahan air di kaki saya. Ketika saya bangun, betapa terkejutnya saya melihat kaki dan sarung saya basah oleh air. Bukan hanya air biasa, melainkan air seni. Seketika itu pula saya langsung membangunkan teman saya dan segera menuju ke kamar mandi. Jijik memang. Untung air tersebut tidak mengenai baju dan jaket saya. Setelah berganti, saya melanjutkan tidur kembali dan tentunya mencari tempat lain untuk tidur. Setelah malam berlalu, di pagi hari sesudah teman-teman saya terbangun dari tidurnya, mereka heran dengan saya. Saya yang pada malam itu memakai sarung, tiba-tiba paginya sudah berganti dengan rok panjang. Dan mereka langsung tau kalau saya menjadi korban ompolan. Kata-kata yang terucap dari teman-teman saya kepada teman saya yang mengompol adalah, “sudah besar kok masih ngompol”.
Seseorang yang sudah dikatakan seperti itu, akan menjadi tidak percaya diri, rendah diri, dan hubungan sosial dengan teman-temannya pun terganggu. Penyebab dari ngompol itu sendiri adalah faktor keturunan, volume air kemih yang diproduksi, masalah psikologis, tidur terlalu nyenyak, gangguan pernapasan, infeksi saluran kemih, gangguan hormon ADH, dan kandung kemih yang lebih kecil. Lalu bagaimana cara menanganinya? Penanganan pada ngompol dibagi menjadi 2 kategori, tanpa obat-obatan dan menggunakan obat-obatan. Obat-obatan hanya diberikan pada anak diatas usia 7 tahun. Sedangkan yang tanpa obat-obatan dengan menggunakan motivational therapy yang dilakukan dengan memberikan hadiah jika tidak mengompol. Penanganan untuk ngompol memang tidak mudah jadi butuh kesabaran untuk menanganinya. Dan juga biasakan untuk kencing terlebih dahulu sebelum tidur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun