Virus Marburg (filovirus) adalah virus penyebab penyakit demam berdarah Marburg, yang memiliki gejala hampir sama dengan DBD (Demam Berdarah Dengue) namun lebih berisiko mematikan. Karena tingkat kematiannya mencapai 88%.
Sebelumnya, WHO telah mendapat laporan tentang merebaknya virus Marburg yang terjadi di Kie Ntem, Guinea Ekuatorial pada hari Senin, 13 Februari 2023. Virus yang pertama kali terdeteksi di Marburg, Jerman ini telah menyebabkan 9 orang meninggal dunia, dan 16 kasus suspek pada provinsi Kie Ntem tersebut.
Dikutip dari kemkes.go.id, virus yang masih satu golongan dengan virus ebola ini awal mulanya berasal dari hewan yaitu kelelawar buah yang berjenis Rousettus aegyptiacus. Kelelawar ini tidak ada di Indonesia, namun Indonesia termasuk jalur yang dilewati oleh kelelawar jenis ini.
Penyebaran penyakit ini bisa karena kontak langsung dengan hewan tersebut, atau makanan dan benda yang terkontaminasi kotoran hewan tersebut. Lalu virus ini menular ke manusia, kemudian merebak menular ke sesama manusia melalui cairan tubuh. Cara penularan virus ini antar sesama manusia hampir sama dengan cara penularan virus Covid-19.
Gejala virus Marburg
Gejalanya yang mirip dengan penyakit malaria, tifus, dan demam berdarah membuat penyakit ini sulit untuk diidentifikasi. Namun ada beberapa gejala khas yang perlu diwaspadai, yaitu :
- Demam tinggi
- Sakit kepala parah
- Nyeri otot atau sekujur badan terasa sakit
- Mual dan muntah
- Diare
- Badan lemas
- Sakit perut, biasanya juga mengalami kram perut
- Mata cekung
- Munculnya ruam, namun tidak terasa gatal
- Adanya pendarahan yang terjadi pada hidung, gusi, vagina, muntah darah, atau BAB berdarah. Biasanya pendarahan ini muncul pada hari ke-5 hingga hari ke-7.
Gejala awal apabila terjangkit virus Marburg, seperti demam tinggi dan nyeri otot biasanya muncul secara tiba-tiba. Baru setelah demam turun, akan muncul ruam. Lalu pada hari ke 3, biasanya penderita akan mengalami diare cair yang parah yang biasanya akan bertahan hingga satu minggu.
Apabila penyakit ini sudah parah dan muncul pendarahan, anda harus sangat waspada. Karena dari banyak kasus kematian yang terjadi karena virus ini, penderita meninggal rata-rata pada hari ke-8 atau ke-9 setelah terjangkit virus ini.
Selain itu, masih belum ada obat/vaksin untuk virus ini. Ilmuwan masih mencoba melakukan pengembangan untuk menemukan vaksin virus ini. Saat ini baru ada 2 vaksin yang dalam uji klinis fase 1, yaitu strain Sabin dan vaksin Janssen.
Himbauan pemerintah
Meskipun di Indonesia belum ditemukan kasus terjangkit virus ini, namun Kementerian Kesehatan Indonesia meminta masyarakat untuk lebih waspada.
Melalui laman resminya, Kementerian Kesehatan RI mengumumkan jika sebelumnya pemerintah Indonesia telah melakukan penilaian risiko cepat (rapid risk assessment) terhadap virus Marburg pada 20 Februari 2023. Dan hasilnya kemungkinan adanya importasi kasus virus Marburg di Indonesia adalah rendah.
"Kita perlu tetap melakukan kewaspadaan dini dan antisipasi terhadap penyakit virus Marburg." ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril, pada Selasa (28/3/2023).
Pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan Surat Edaran tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Virus Marburg kepada pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan, SDM kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait untuk waspada terhadap penyebaran virus Marburg.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H