Bagi pendukung setia Ahok, performa politik ini makin menggairahkan dan nafsu politik mereka kian kokoh. Teman Ahok, relawannya, terang-terangan menabuh genderang perang versus si "banteng iblis". Eh rupanya, peluru politik mereka langsung kena ke jantung kekuasaan. Elit PDIP murka ditantang oleh anak bawang yang masih bau kencur untuk urusan tetek bengek kekuasaan. Sang jawara pastilah tidak senang.
Ibarat kata, Ahok bisa dilihat bagai "anak macan". Kecil-kecilnya, manis, lucu dan menggemaskan. Tapi kini, setelah agak dewasa, taring dan cakarnya serta aumannya makin menakutkan. Induk semangnya pun sdh mulai tahu diri. Anak macan itu bukan yang dulu lagi. Sadar sesadar sadarnya, rupanya ada ancaman serius di rumah sendiri.
Episode pemilukada DKI masih berdurasi panjang. Pemunggungan dan ditampiknya parpol bisa saja hanya sementara saja, dan bukanlah gejala deparpolisasi. Isu ini tampaknya hanya sekedar menggelitik saja, mencolek siapa saja yang memerhati politik dan demokrasi.
Ketakutan atas peminggiran parpol tidak cukup beralasan hanya karena parpol tertentu ditampik oleh seorang bakal calon gubernur. Bisajadi, perihal tersebut justeru semakin memicu kinerja partai politik sebagai pilar demokrasi. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H