Mohon tunggu...
Kang Marwan
Kang Marwan Mohon Tunggu... -

Ingin berguna bagi orang disekeliling kita.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Hati-hati Berkata Jancuk, Ini Sebabnya

3 Mei 2015   12:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:25 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1430630499684755276

[caption id="attachment_414603" align="aligncenter" width="369" caption="gambar bersumber dari viva co.id"][/caption]

Kita pernah mendengar seseorang berkata Jancuk, atau minimal tahu kata ini dari media. Bahasa Jawa dialek Jawa Timuran khas Surabaya ini begitu populer, tak lekang oleh jaman, tak surut oleh waktu, sampai sekarang masih banyak diucapkan sebagai kata umpatan maupun sebab lain misalnya kegembiraan yang luar biasa. Lho orang saking gembiranya bisa bilang Jancuk, benar. Ini hanya khusus warga Surabaya dan sekitarnya karena luapan rasa gembira antara dua sahabat yang telah lama tidak bersua jika mereka bertemu kata-kata ini yang keluar duluan.

Mungkin masih banyak yang belum tahu makna sebenarnya dari kata ini termasuk orang Surabaya sendiri. Jancuk atau Dancuk bermula dari kata “Bokne Ancuk” yang arti harfiahnya adalah ibunda sendiri diencuk atau disetubuhi. Kata yang sangat kasar dan kurang ajar bukan? Makanya kata ini sangat tidak dianjurkan untuk digunakan, lebih baik ambil kata-kata yang ringan-ringan saja. Kata makian seperti ini bukan saja ditujukan kepada si penerima makian tetapi sekaligus memaki orang tuanya. Jadi heran ada seorang tokoh yang mengaku budayawan tetapi kata ini digunakan sebagai ikon dirinya menjadi Republik Jancuker. Kata bokne ancuk ini lama-menjadi diencuk, diancuk dan sekarang populer dengan kata jancuk.

Ternyata kata-maka memaki sekaligus memaki orang tuanya ini tidak saja dimonopoli orang Surabaya saja, di Indonesia ada beberapa daerah yang menggunakan kata makian yang mirip-mirip seperti kata Jancuk ini. Contohnya bagi saudara-saudara kita yang berasal dari kawasan timur Indonesia mengenal kata cukimai itu artinya persis seperti kata jancuk itu. Ada pula kata heunceut indung bentuk kata makian dalam bahasa Sunda yang mirip juga bahasa makian dari Tanah Batak yaitu bujang inam. Makian seperti ini sebaiknya jangan pernah digunakan lagi sebab yang dimaki termasuk orang tua perempuannya yang tidak tahu menahu dengan urusan maki memaki ini. Atau mungkin masih banyak bentuk makian di daerah lainnya yang mirip seperti ini yang membawa-bawa orang tua perempuan yang seharusnya ditabukan bukan malah dipopulerkan dengan candaan. Sebagai budayawan asal Surabaya harusnya ikut berperan mencerdaskan warganya yang sudah terlanjur terjebak dengan kata-kata yang sangat tidak pantas diucapkan tersebut. Bagi yang belum tahu diharap hati-hati mengucap kata-kata ini, sebab bisa-bisa sebagai pengucap kata ini dosanya dobel sebab sebagai pengucap sudah memaki si sasaran beserta memaki orang tua perempuannya.

Mungkin dahulu kala yang menciptakan kata makian ini murkanya sudah sangat luar biasa bagi si penerima makian kala itu yang tidak terampuni sehingga tercipta makian yang populer di masa lalu dan masa kini itu. Bagi kalian yang sudah lama tidak jumpa dengan sahabat akrab kalian, apabila jumpa lagi gunakanlah salam, itu lebih baik diucapkan sebab salam sudah mengandung doa daripada makian yang mendatangkan dosa. Apalagi bagi dosa yang terakumulasi akibat seringnya kita mengucapkan kata umpatan ini. Waspadalah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun