Siapa yang tidak tahu Daeng Aziz? Itu pemilik rumah bordil, gembong germo, dan penguasa KaliJodo sebelum diubah Ahok mejadi RPTRA. Nah, Daeng Aziz datang dan diperlakukan sebagai tamu terhormat dalam acara pengukuhan dukungan untuk Anies-Sandi Sabtu lalu yang diselenggarakan oleh Partai Bulan Bintang.
Meski Anies mengaku tidak tahu bahwa yang datang dan ditempatkan di jejeran kursi terhormat tepat di belakangnya itu adalah Daeng Azis, dia tak bisa menyembunyikan wajah kaget dan lagaknya yang pura-pura tidak kenal siapa Daeng Azis. Ini indikasi bahwa dia kenal reputasi Daeng Azis, tapi pura-pura tidak kenal untuk menjaga reputasi sendiri.
Apakah bisa dikatakan Anies tidak tahu bagaimana Daeng Azis bisa datang dan diperlakukan sebagai tamu kehormatan? Sulit diterima. Panitia tidak mungkin tak bicara padanya dan Daeng Aziz tak mungkin pula ujuk ujuk datang untuk menyatakan dukungannya pada Anies-Sandi. Tokoh kkriminal itu tinggi harga dirinya lho!
Kok bisa? Bisa saja. Wong Anies bisa menyebut Rizieq Shihab guru besarnya, sementara kita tahu bagaimana tak sukanya dulu dia sama pentolan FPI yang mengaku ulama ini, kok nggak bisa mengharapkan dukungan orang yang sakit hati dengan kebijakan Ahok sebagai kawannya? Ini kan politik. Harimau, buaya, ular pun akan ditemani jika bisa digunakan untuk mengalahkan lawan, nanti setelah menang baru dipikirkan pula bagaimana caranya menggusur teman temporer itu.
Masalahnya sekarang, apa tidak rugi bermain dengan Azis? Alasan Anies kita tahulah, pemimpin itu harus merangkul semuanya, termasuk musuh atau penyakit masyarakat. Tapi apakah warga Jakarta akan bisa menerima dalih ini? Merangkul semuanya berarti memberi kue untuk semuanya. Si perampas kue, perusak kue, juga akan kebagian jatah yang sama dengan penerima kue lainnya, bahkan mungkin lebih banyak karena mereka lebih garang minta jatahnya. Apa itu berarti bisnis haram Daeng Azis juga akan diberi lampu hijau lagi andai kelak Anies menang? Wallahualam, yang penting di mata warga DKI sudah terlihat bagaimana Anies dan Azis berkolaborasi untuk memenangkan Pilkada DKI 2017.
Seperti juga kolaborasinya dengan FPI, yang tentu saja diatur dengan manis oleh PKS, karena Prabowo dan Gerindra kan partai nasionalis—paling tidak begitulah pengakuannya--meski mereka sama saja Mavhivelisnya, bagi Anies tak masalah bergabung atau disukung siapa saja. Penjahat kelamin, penjual ayat, atau oknum perdagangan orang OK sajalah. Cuma apa benar mereka sudah senekad itu?
Saya agak ragu sebetulnya, apakah Prabowo merestui langkah tim sukses Anies-Sandi ini, tapi kalau melihat kedekatan Prabowo dengan para preman Jakarta seperti Hercules dan mereka yang sehari-hari berkumpul di rumahnya sepertinya bisa jadi juga. Cuma apa ya senekad itu? Apa mereka sudah begitu yakin kalau dukungan Islam garis keras dan penggunaan isu agama serta anti Cina sudah bisa memenangkan Anies-Sandi?
Rasanya riskan sekali, apalagi kalau diingat kampanye Prabowo untuk Anies-Sandi pada putaran pertama; “Kalau mau saya jadi presiden, menangkan Anies-Sandi!” Bagaimana bisa menang kalau di barisan pendukungnya berderet penyakit dan hama masyarakat? Bisa-bisa malah mereka kedodoran lebih besar di Pemilu 2019.
Tapi siapa yang tahu ya? Mungkin Prabowo memang senekad itu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H