Mohon tunggu...
Imran Rusli
Imran Rusli Mohon Tunggu... profesional -

Penulis dan jurnalis sejak 1986

Selanjutnya

Tutup

Politik

8 Penyebab Mereka Benci Jokowi

27 Agustus 2015   15:18 Diperbarui: 27 Agustus 2015   15:33 6158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak memenangi pemilihan presiden 10 bulan silam, masih banyak saja orang yang membenci Jokowi, apalagi ketika rupiah terpuruk dan ekonomi memburuk seperti sekarang ini, caci-maki para hater makin menjadi-jadi, begitupun yang mencibir wong deso kok jadi presiden, sekarang rasain ho ho ho ho.

Setelah mencermati dari segala segi, sekarang saya paham mengapa mereka sangat membenci Jokowi, paling tidak ada 8 hal yang menyebabkan rasa nyaman mereka terusik setiap kali mendengar, membaca, melihat segala sesuatu yang berhubungan dengan Jokowi.

Pertama, Jokowi mendorong swasembada pangan. Dia terus saja menggembar-gemborkan bahwa Indonesia pasti mampu berswasembada atau berdiri di kaki sendiri dalam masalah pangan. Indonesia harus secepatnya berhenti jadi pengimpor beras, sapi, kedele, garam, benang, pewarna tekstil, kulit, gula, dan seterusnya. Untuk itu pembangunan berbagai insfrastruktur pendukung pertanian dan cikal bakal industri pangan modern menjadi fokus perhatian Jokowi. Dia juga menggelontorkan dana ke desa dengan slogan membangun dari pinggiran dan pedesaan.

Ini kan ngaco dan salah kaprah, harusnya Jokowi tak mengubah apapun, sehingga mereka yang sudah enak dan nyaman di situasi dan kondisi ini tidak terganggu dan terpaksa beradaptasi lagi. Wong impor itu gampang kok, nggak bikin susah orang banyak, pada terbantu malah. Yang lebih parah adalah mereka sudah terbiasa mengendalikan semuanya untuk keuntungan sendiri, Jokowi malah mau bagi-bagi sama rakyat kecil dari desa yang bodoh-bodoh dan bloon itu. Untuk apa coba? Bukankah lebih baik dibagi-bagi antar elite saja di ibukota seperti yang sudah berjalan selama ini? Rakyat itu yang penting bisa makan, sekolah dan berobat ke dukun kok, nggak neko-neko.

Kedua, Jokowi mau membiarkan tenaga kerja dari luar masuk ke Indonesia sebanyak-banyaknya. Mereka juga tak perlu diisyaratkan harus bisa berbahasa Indonesia. Dengan kebijakan ini Jokowi membuat oara investor dari luar negeri, terutama China mau berbondong-bondong ke Indonesia, karena mereka lebih percaya tenaga kerjanya sendiri.

Nah ini kan ngaco lagi? Seharusnya Jokowi menerapkan syarat masuk yang ketat kepada investor luar agar tak membahayakan peluang dan posisi tenaga kerja dalam negeri, juga jutaan penganggur lainnya. Mestinya Jokowi memaksa semua investor asing untuk menerima tenaga kerja Indonesia yang masih nganggur. Beri posisi apa saja, tak usah melihat kompetensi dan keterampilan, beri upah yang tinggi, minimal Rp 500.000 sehari, sampai tak ada pengangguran lagi, bukannya memberi berbagai kemudahan kepada investor dan tenaga kerja asing. Jokowi memang bikin kesal saja.

Ketiga, Jokowi membuat harapan hidup masyarakat Indonesia menjadi lebih baik dengan memberi mereka kartu Indonesia sehat dan kartu Indonesia pintar. Ngaco banget kan? Apa gunanya itu, bukankah hal itu akan menyebabkan harapan hidup orang Indonesia semakin baik dan anak-anak mereka akan bertambah pintar sehingga jadi sulit dibodohi? Padahal seharusnya Jokowi membiarkan saja kondisinya seperti sekarang, orang miskin susah mendapat layanan kesehatan biar pada mati semua, bukankah dengan demikian yang tersisa orang-orang yang memang berkualitas saja, yang tak perlu menghabiskan dana negara untuk memperpanjang usia hidup mereka yang tak berguna? Bukankah seharusnya orang-orang miskin itu dibiarkan tetap bodoh selamanya, agar bisa dimainkan saat musim pilkada atau pilpres atau pemilu tiba? Kita akan susah sendiri kalau masyarakat dibuat pintar, Jokowi memang nggak peka, maklum cuma tukang mebel dari Solo, nggak paham politik tingkat tinggi.

Keempat, untuk apa naikin BBM segala? Ini kebodohan Jokowi yang membuat para hater makin kesal sama Jokowi. Padahal selama ini harga BBM terbukti sebagai alat politik ampuh untuk mendapatkan simpati atau dukungan rakyat. Eh malah dinaikkan harganya, dan orang-orang kaya dilarang membeli BBM bersubsidi. Ini kan edan namanya! Harusnya kan dibiarkan saja. Biarkan harga BBM murah sehingga masyarakat gampang ke mana-mana, bisa membeli apa saja, ngapain diajar berpikir produktif segala? Nanti kalau mereka semua jadi pintar berwirausaha atau berpikir kreatif untuk mendapatkan BBM murah dan terbarukan kan bisa mengancam eksistensi usaha para elite yang sudah berjalan baik? Jokowi memang payah!

Kelima, lihatlah Jokowi itu, terus saja ngotot membangun pembangkit listrik 35.000 megawatt. Nggak realistis banget kan? Wajar kalau para hater mencercanya. Untuk apa membuat proyek mimpi yang bakal menambah besar utang Indonesia itu? Harusnya biarkan saja begini. Listrik byar pet itu kan sudah biasa, toh industri jalan juga. Menguntungkan lagi. Apa untungnya bikin pembangkit listrik raksasa kayak gitu? Bikin susah saja, bukankah kalau listrik banyak tersedia, para elite jadi susah memainkan kebutuhan masyarakat dan kalangan industri akan listrik, selain jadi kehilangan isu politik. Jokowi kok nggak paham logika hukum permintaan dan ketersediaan sih?

Ketujuh, ini juga membuat para hater gondok setengah mati. Gara-gara Jokowi bersikap ketat pada keuangan negara, para gubernur, bupati dan walikota jadi takut menggunakan anggaran. Sekarang setelah semua ribut gara-gara serapan anggaran rendah baru Jokowi melonggarkan ikatan, seharusnya kan sejak dulu, tak perlu mengutak-atik yang sudah mulus berjalan. Berikan bagian semua pihak, biarkan para kepala daerah menggunakan anggaran semaunya, pasti lancar tuh penyerapan anggaran. Tapi dasar Jokowi keras kepala dan tak berpengalaman memimpin negara, ya gitu deh jadinya.

Kedelapan, Jokowi tak mau nurut sama DPR. Ini kesalahan Jokowi yang paling dibenci hater. Apa salahnya mengikuti kemauan DPR membangun 7 megapoyek yang nilainya naik lagi menjadi Rp 2,7 triliun, memberikan dana aspirasi Rp 20 miliar per anggota per tahun, membelikan kasur senilai Rp 12,5 miliar, atau sekalian meningkatkan anggaran DPR dua kali lipat menjadi Rp 9,4 triliun per tahun dan memberi mereka penghasilan bersih dua kali lipat juga menjadi Rp 2 miliar per orang per tahun tanpa perlu ditanya-tanya atau diaudit segala. Tapi dasar Jokowi bodoh, dia malah memilih menahan-nahan proposal DPR, akibatnya kan pemerintahan selalu terancam dijegal DPR? Harusnya kan dia ikuti saja irama DPR itu, ini kok seperti Ahok yang bandel terus-terusan melawan DPRD DKI, mengganjal pokir DPR yang membuat proyek-proyek DPRD DKI nyungsep semua, akibatnya semua memusuhi kan? Jokowi harusnya lebih cerdas dari Ahok yang super bloon itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun