Citra Ahok sebagai lelaki sejati yang bertanggungjawab tanpa banyak cingcong dengan 'kesalahan' nya, tetap mendukung popularitasnya. Tak seperti Akhmad Dhani, Buni Yani, Rizieq yang cemen dan banyak rengekan, Ahok menjalankan hukumannya dengan tegar dan ksatria. Ini membuat para pendukungnya dan banyak orang lain terkesan. Lebih dari 100 negara telah menunggunya untuk mendengarnya bicara, banyak lembaga nasional dan internasional menawarkan pekerjaan untuknya. Bukunya yang berharga jutaan diborong dan vlog yang dibuatnya ditonton sejuta orang meski baru beberapa hari diunggah.
Ahok adalah magnet yang mampu menggerakkan sekitarnya jika mau, tapi jiwa besarnya tak menghendaki kepongahan sosial semacam itu. Ahok tetap menghormati publik dan tidak memanfaatkan ketenarannya untuk show of force atau memperagakan keminderan. Â Kerukunan, keamanan dan kenyamanan warga jauh lebih penting bagi Ahok daripada egonya.
Lucu saja mendengar ada yang mengatakan Ahok tak bisa apa-apa karena tak punya uang, karena Ahok bukan orang kekurangan. Dia jaub lebih berkecukupan dari orang kebanyakan, bahkan terus membantu banyak orang yang kekurangan. Belum lagi banyaknya orang yang bersedia membantunya jika memang kesulitan keuangan, tapi Ahok tidak berada dalam kondisi itu.
Masalahnya sekarang cuma itu saja, akankah Ahok setelah jadi BTP bisa tetap memiliki kepribadian dan sikap mental seorang Ahok? Ini penting, karena kepribadian dan sikap mental seperti Ahok, sangat dibutuhkan negara ini untuk menuju kejayaan, karena Ahok adalah pribadi modern, yang sangat memandang tinggi kualitas kemanusiaan, sesuatu yang sampai saat ini sangat kurang dihargai di negeri ini.
Semoga Ahok tetap Ahok sampai kapanpun. Jika ini yang terjadi barulah saya bisa berhentii was-was dan tenang memanggilmya BTP!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H