Mereka tak bisa pula langsung lompat ke halaman becek karena di rusunawa naik turun harus dengan lift. Mereka pun tak bisa lagi hidup berdempetan dalam kerikuhan sampai 4 kk di satu ruangan sumpek, karena manusia tak boleh hidup seperti kambing begitu. Ayam aja tak mau hidup berjejalan begitu, apalagi manusia.
Dan terakhir mreka juga tak bisa lagi menjajah sungai sesuka hati. Mereka tak bisa lagi menambah bangunan ke wilayah sungai, membuang kotoran dan sampah rumah tangga ke Kali Ciliwung, dst, dst.
Mereka akan kehilangan semua itu karena sedang menuju ke arah lehidupan yang lebih beradab dan lebih berperikemanusiaan, karena mulai memahami bahwa apapun corak kehidupan yang mereka jalani di Kampung Pulo akan berpengaruh terhadap corak kehidupan seluruh warga DKI.
Di mana letaknya kekejaman Ahok kalau begitu? Dia tak menggusur sembarangan lalu membiarkan warga keleleran tak punya tempat tinggal, seperti yang dilakukan para gubernur terdahulu. Contoh yang terbaru penggusuran warga Rawasari di era Foke. Dia tak membakar pemukiman liar yang kumuh agar lebih gampang mengambil alih. Sebaliknya dia menyediakan rusunawa berkelas untuk tempat tinggal baru warga Kampung Pulo. Coba, gubernur, walikota dan bupati mana yang seperti ini? Gubernur Yogyakarta yang punya Kali Code saja tidak.
Apartement yang disediakannya jauh lebih bagus dari apartment di pinggiran Jakarta yang tarifnya saja sudah mencapai Rp 3,5 juta untuk kelas yang biasa saja. Itu juga masih harus ditambah dengan biaya perawatan, keamanan, kebersihan, air dan listrik yang jumlahnya dalam sebulan hampir p 1 juta pula. Sementara rusunawa Jatinegara Barat terletak di tengah kota, dekat dengan segala fasilitas umum yang tarifnya takkan kurang dari Rp 5 juta sebulan ditambah biaya lain-lain untuk warga eks Kampung Pulo malah digratiskan untuk 3 bulan pertama dan selanjutnya hanya bayar Rp 10.000 sehari alias cuma Rp 300.000 per bulan.
Bandingkan dengan biaya yang harus mereka keluarkan di Kampung Pulo setiap hari untuk bayar listrik, beli air, iuran sampah, iuran keamanan lingkungan, uang sewa bagi yang menyewa (coba tanya berapa yang mereka bayar per bulan untuk kamar seadanya itu? wong tahun 1989 saja kamar buruk seluas 2 X 2 meter saja sudah Rp 500.000 sebulan di Benhil), biaya reparasi alat-alat elektronik yang terendam banjir, biaya rehab dinding dan atap rumah yang membusuk dimakan air, dst dst.
Dari bukti sederhana ini saja sudah terbantahkan kalau Ahok itu kejam, tak berperikemanusiaan seperti yang disindir Tommy. Dia hanya menjalankan peranannya sebagai Gubernur DKI yang bertanggungjawab terhadap 12 juta warga Jakarta, bukan 75.000 kk penduduk yang menguasai bantaran sungai di Jakarta tanpa hak dan membahayakan jutaan warga lainnya. Di mana-mana semua juga tahu bantaran sungai harus steril dari pemukiman dan tak bisa dikuasai secara sepihak tanpa hak!
Saran saya buat Tommy dan pahlawan kesiangan lainnya, baik yang punya motif materi maupun politik, coba tunjukkan solusi yang lebih baik atau bukti nyata kepedulian kalian kepada warga yang telah memperkosa dan mencederai sungai di Jakarta, sebelum bilang Ahok itu kejam dan tak berperikemanusiaan. Saya percaya mengincar keuntungan dari penderitaan orang-orang yang hidup dalam kondisi yang tak manusisiawi di pinggiran sungai tersebut, jauh lebih kejam dan tak berperikemanusiaan dibanding apa yang dilakukan Ahok demi Jakarta yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H