Hanya dalam beberapa hari polisi membutktikan banyak feetloter yang menahan sapi siap potong di kandang, tujuannya agar sapi menghilang di pasaran, kalaupun ada harganya bisa naik tinggi dan dibukanya kembali lebar-lebar keran impor sapi.
Kita patut mengapresasi polisi, termasuk Kabareskrim Jenderal Budi Waseso yang telah rela keluar masuk kandang sapi demi membuktikan kecurigaan masyarakat dan menghentikan sabotase tak bertanggung jawab dan bernuansa kriminal terhadap ketersediaan pangan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Hasilnya kita disuguhi ribuan sapi siap potong yang ditimbun di peternakan mulai dari Tangerang, Bekasi sampai Lampung. Para peternak sapi di NTT juga menahan sapi untukmendapatkan harga tinggi. Sungguh keji para penimbun ini, semoga kutukan dan sumpah serapah konsumen sapi bisa membuat hari-hari mereka tidak nyaman, sebelum akhirnya mengintrospeksi diri dalam bui.
Para pedagang sapi yang sempat mogok di Jakarta, Bogor, Bandung dan Bekasi juga sudah berjualan lagi dan rata-rata mengaku rugi telah mau saja dibodohi sesame pedagang sapi yang ternyata sekaligus importir sapi tersebut. Mereka telah dimanfaatkans ecara sangat tidak beranggungjawab hanya untuk kepentingan segelintir importir sapi yang tak kenal puas meraup rupiah dari aktivitas mendatangkan sapi.
Kini para importir sapimakin gondok setengah mati dan mereka masih berdalih ke sana ke mari, bahwa Indonesia belum akan bisa berswasembada sapi dan bahwa menunjuk Bulog untuk membeli sapi langsung ke luar negeri itu melanggar undang-undang.
Ye lah ye lah, kalau Mail teman Upin dan Ipin ada di sini pasti dia komen begitu. Mungkin Indonesia memang belum mampu berswasembada sapi, tapi apa harus terus mengantungkan diri pada pemasok sapi di luar negeri? Kenapa mereka pesimis dan meremehkan kemampuan peternak sapi dalam negeri yang meskipun belum secanggih peternak di Australia atau Jepang, bukan berarti tak bisa didongkrak kemampuannya sama sekali? Menurut saya itu hanya karena mereka memikirkan kepentingan dan keuntungan diri sendiri saja, agar tetap bisa menikmati profit dari impor sapi. Soal Bulog yang dianggap melanggar undang-undang, apa ya segitunya, kalau hal itu dilakukan untuk menerabas permainan gerombolan kartel sapi?
Kalau mereka punya kepedulian sedikit saja, pasti mereka akan bersedia berpikir untuk mendorong investasi peternakan sapi dalam negeri. Daripada sibuk memobilisasi orang untuk bertindak kriminal memboikot daging sapi, mengapa mereka tidak urun rembug membangun peternakan sapi potong modern di dalam negeri? Pemerintah pasti akan membantu dengan senang hati, karena sudah mejadi prioritas pembangunan pangan.
Tapi toh mereka tidak mau, karena lebih untung mengimpor sapi, kepala tidak pusing,uang juga lancar. Mereka benar-benar tak peduli dengan negeri ini. Untuk ini saya harus memuji H Basrizal Koto (Basko) yang dengan segala keterbatasannya membangun usaha peternakan sapi di Riau. Meski belum bisa mengkover kebutuhan Sumbar Riau setidaknya harga daging sapi di kedua provinsi itu tak bergejolak sepeti di DKI dan sebagian kecil Jawa Barat yang gampang diobok-obok mafia sapi.
Saat ini Menteri Perdagangan yang baru Tom Lembong mengakui kita memang tidak bisa mendadak berhenti mengimpor sapi, karena lokal belum bisa memenuhi kebutuhan kita akan daging sapi, makanya pemerintah tak melakukan rem mendadak, tapi hanya mengurangi sedikit demi sedikit dari 250.000 ekor ke 50.000 ekor, dari 50.000 ekor ke 25.000 ekor. Namun bukan berarti kita harus tetap bersikap lebih bagus impor saja daripada swasembada, itu benar-benar pilihan sikap yang egois dan tidak cinta negeri!Saya tidak ragu sedikitpun dengan potensi rakyat negeri ini berswasembada sapi. 100 juta saja penduduk Indonesia memelihara sapipotog, saya yakin, kita bahkan akan bisa mengekspor sapi!
Kalau semua orang hanya memikirkan diri sendiri tak perlulah repot-repot mengajak orang mogok segala. Semua juga bisa melakukan tindak tak bertanggung jawab itu. Ini bulan Agustus dan sebentar lagi kita merayakan 70 tahun kita merdeka, jangan terus-terusan memperlihatkan ketidakpedulian pada negeri inilah! Tunjukkan nasionalisme dikit!
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H