Keenam, mereka menolak operasi pasar yang dilakukan Bulog yang menjual daging Rp 90.000 per kilogram, antara lain di Grogol, Jakarta Barat.
Semua ini mencurigakan bagi saya. Jangan-jangan dari sekian banyak pedagang daging ini, ada yang merangkap jadi importir sapi potong atau daging beku juga? Mereka dengan jaringannya di dalam dan luar negeri—negara asal sapi potong dan daging beku—berhasil membuat pasokan daging langka dan meracuni pikiran para pedagang lainnya bahwa stok sapi lokal sangat terbatas gara-gara pengurangan kuota impor. Agar kembali lancar kran impor harus kembali dibuka sebesar-besarnya.
Mengapa saya curiga? Karena ternyata di luar Jawa harga daging sapi tak melonjak gila-gilaan dan pedagangnya santai saja. Kecurigaan saya bertambah karena mereka sepertinya memaksakan pemogokan dengan mengancam para pedagang yang tak setuju mogok dengan aksi kekerasan. Kalau tak ada tujuan yang lebih besar tak mungkin pedagang sapi ini main paksa segala ke sesamanya.
Saya juga makin curiga karena hari mogoknya segitu saja, terkesan menggertak karena bukan murni keinginan para pedagang, tapi lebih didorong oleh kepentingan importir dan gerombolannya.
Sudah sejak zaman Orde Baru importir dimanjakan dan mendapat keuntungan besar dari aktivitas impor. Mereka tak peduli akan para petani dan peternak lokal teraniaya gara-gara keserakahan mereka. Apa yang sebenarnya banyak tersedia di Indonesia, dikatakan tak mencukupi atau tak layak konsumsi sehingga harus diimpor dan harus diimpor oleh mereka. Masih ingat kan dengan gerakan anti pupuk organik di Indonesia? Semua itu adalah gerakan masif dan sistematis para importir yang kebanyakan ternyata masih kolega dan kroninya Soeharto, Presiden RI ke-2.
Sekarang mereka ingin paksakan zaman itu lagi, ya tak boleh lah. Saatnya rakyat Indonesia menikmati hasil jerih payahnya sendiri dengan harga yang wajar. Ketika ditanya dengan nada menyerang oleh reporter TVOne, yang bagi saya jelas-jelas memosisikan diri sebagai media asal oposisi yang akan selalu mencari-cari kesalahan Jokowi sekecil apa pun itu, Jokowi balik bertanya, “Apa yang kita dapat dari membuka keran impor sebesar-besarnya? Apa harga daging bisa wajar? Rp 45.000 – Rp 50.000 seperti di Negeri Jiran? Selama ini kita sudah biarkan keran impor terbuka lebar, tapi rakyat kita tetap saja kesusahan mendapatkan daging berharga wajar, karena itu saya akan beli sendiri, pemerintah akan beli sendiri!”
Apa yang tersirat di balik kalimat ini? Saya duga Jokowi tahu dan sudah muak dengan kongkalingkong para importir sapi potong dan daging beku ini dengan oknum pemerintah terkait dan penjual dari negara asal sapi potong dan daging beku tersebut, karena itu rantai mafia perdagangan mereka harus diputus. Masalahnya sekarang apakah Bulog juga takkan tergoda bermain? Nah kalau yang ini susah saya prediksi tuh…
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI