Pantai Padang atau yang lebih kondang dengan sebutan Taplau (Tapi Lauik, Tepi Laut)) adalah kawasan wisata kebanggaan Kota Padang. Kawasan ini terletak di jantung kota ini. Dari perkantoran pemerintah jaraknya hanya 1 kilometeran. Dari pusat perdagangan lebih dekat lagi, mungkin hanya 800 meteran. Sarana akomodasi rata-rata mendominasi di sekitarnya, sehingga saat bangun tidur, wisatawan bisa melancarkan darah di kaki dengan berjalan ke pantai yang cuma berjarak 50 – 200 meteran. Sungguh memukau.
Sayangnya, Taplau terasa kurang bergairah. Kawasan ini hanya ramai di sore hari saat warga kota dan wisatawan menghabiskan waktu sore dan malam menikmati sunset dan seafoof. Keramaian juga hanya terasa pada hari Minggu pagi ketika warga kota berdatangan untuk jogging. Waktu-waktu lainnya, Taplau kosong kegiatan.
Saya memimpikan Taplau bisa selalu bergairah setiap hari. Paling tidak ada hari-hari tertentu dalam sebulan yang telah dikalenderkan oleh Dinas Pariwisata Kota Padang yang membuat Taplau menggelegar oleh kemeriahan. Saya tak memimpikan orgen tunggal atau tarian seronok murahan, yang saya inginkan kemeriahan yang bisa dinikmati semua orang, apapun latar belakang selera, status sosial, maupun usianya. Taplau untuk semua, itulah intinya dan selalu tumpah ruah oleh manusia pada hari-hari tertentu dalam setiap minggu, setiap bulan, setiap tahun. Kemeriahan yang mengikutsertakan warga kota secara aktif, bukan kemeriahan yang dipaksakan Pemko, karena wisata yang sehat adalah wisata yang semaksimal mungkin melibatkan rakyat atau warga setempat.
Saya membagi mimpi saya menjadi acara per tahun, per 6 bulanan, per 3 bulanan dan per minggu, semuanya akan membuat warga Kota Padang, terutama yang berdomisili di kawasan pantai sibuk memikirkan dan menciptakan kreasi baru yang akan berdampak signifikan terhadap kesejahteraan mereka. Tentu saja setelah mereka berhasil membuat orang dari dalam Kota Padang, dari luar Kota Padang, dari provinsi tetangga, dari ibukota, dari pulau-pulau di luar`Sumatera dan dari mancanegara berdatangan ke Taplau. Pemko tak perlu pusing, mereka cukup memfasilitasi saja, tak perlu keluar uang. Dana APBD yang ada di Dinas Pariwisata silakan untuk promosi saja yang memang sudah seharusnya dilakukan Pemko.
Karnaval Budaya
Apa kegiatan akbar tahunan yang saya bayangkan. Saya membayangkan karnaval budaya, tapi bukan sembarang budaya, melainkan budaya Kota Padang yang fashionable, artinya nilai-nilai trasdisionalnya masih ada, namun nilai-nilai kebaruannya juga terlihat dan terasa. Saya teringat Festival Kota Jember, yang kini sudah banyak ditiru dan dihidupkan orang di Jawa, mengapa warga Padangtidak ambil inspirasinya? Toh orang Jember juga megambilnya dari karnaval Mardi Grass di New Orlean USA? Warga Kota Padang bisa menciptakan karnaval kreasi sendiri, entah itu dalam bentuk kreasi kostum dan bunyi-bunyian atau karnaval bunga-bungaan atau makanan tradisional atau randai moden, pencak silat gabungan dan sebagainya.
Kota inipunya dua aset wisata karnaval yang sudah hidup sejak dulu kala, yaitu ular naga atau sipasan (kelabang)yang dibuka dan ditutup oleh barongsay dan karnaval telong-telong (pawai lampion)Â di malam hari. Tinggal memperkayanya dengan kreasi baru, mungkin gabugan silat Pauh dengan randai yang ditingkah berbagai bunyian dari alat-alat musik tradisional. Saya tidak tahu, lebih tahulah orang Padang he he.
Agar ramai dan hidup Dinas Pariwisata bisa mengemasnya dalam bentuk lomba. Setiap kelurahan membayar inset, lalu membiayai sendiri kreasinya, dan mendapat hadiah dari gabungan jumlah inset yang dibayarkannya. Pemko tinggal menyediakan piala dan piagam penghargaan. Sisanya biarkan menjadi urusan kelurahan, karang taruna, pemuda dan para wanita. Sudah terbayang betapa hebohnya Taplau kalau karnaval budaya ini terselenggara, tiga hari saja dalam setahun cukuplah...
Lomba Kuliner
Warga Padang terkenal ke mana-mana sebagai jago masak. Kota ini juga pernah menyelenggarakan Festival Rendang. Tapi masakan asli Padang bukan cuma rendang, masih banyak yang lain, terutama olah kuliner dengan bahan baku yang berasal dari laut. Resto dan rumah makan khas ikan bakar gampang ditemukan di kota ini. Warganya juga ahli mengolah seafood lainnya seperti udang, kepiting, kerang, lokan, cumi-cumi, langkitang dan gurita. Makanan khas Padang seperti palai bada, lompong sagu, soto, rakik maco, rakik kacang, putu mayang, serabi kuah, onde-onde pulut dan lain-lain tentu juga akan muncul kembali dengan pedenya. Belum lagi masakan Tionghoa seperti gulai bengkuang, sawi kuah santan, kue moho.
Saya bayangkan ada`lomba memasak dan menyajikan seafood dan makanan khas Kota Padang lainnya di sepanjang Taplau, dari depan LP Muara sampai ke Purus sana setiap enam bulan sekali. Bukan main meriahnya.
Lomba Permainan Rakyat
Untuk yang tiga bulanan saya membayangkan beragam pernainan rakyat yang banyak ditemukan di Kota Padang. Pastilah akan sangat menarik jika ada lomba randai, lomba pencak silat, lomba layang-layang, lomba main kelereng, lomba patok lele, lomba gasing, lomba futsal, lomba sepatu roda, lomba skateboard, lomba sepeda hias, lomba motor hias, pawai mobil antik dan banyak lagi yang lain. Pemko tinggal umumkan saja lomba apa yang akan dipertandingkan di tiga bulan pertama, di tiga bulan kedua, di tiga bulan ketiga dan di tiga bulan keempat. Seperti tadi Pemko hanya perlu memfasilitasi, sementara yag mengisi pesta rakyat itu tetap saja warga Kota Padang melalui karang taruna, organisasi pemuda dan kaum wanita masing-masing.
Alangkah manisnya bila delegasi Alang Laweh datang bersama delegasi Gauang Sungai Barameh, atau delegasi Kuranji salam-salaman dengan`delegasi Parak Karambia, Ujung Pandan dan Koto Marapak, atau delegasi Pondok bergandengan tangan dengan delegasi Simpang Anam dan Berok Nipah, delegasi Gunung Pangilun saling berangkulan dengan delegasi Seberang Padang dan Pasa Gadang, delagasi Olo Ladang saling bercanda`dengan delegasi Belakang Olo dan Belanti atau Lapai dan Alai, dan seterusnya. Warga senang, silahturahmi yang sudah terpecah-pecah oleh partai politik dan ego sektarian lainnya saat itu bisa dicairkan menjadi kegembiraan bersama dengan memperlombakan permainan rakyat yang nyaris punah.
Otomotif dan Komunitas Lainnya
Seadangkan untuk acara mingguan, banyak sekali pilihan, terutama yang sedang trend di kalangan warga kota. Otomotif adalah salah satunya. Banyak sekali komunitas otomotif di Kota Padang. Sebut saja Komunitas Vario, Mio, Tiger, Kawasaki, Vixion, Vespa, Moge, belum lagi yang off road-nya, jeep, Toyota Corolla, Avanza, BMW, Mercy, Hard Top, MCE, bemo, bendi hias dan lain-lain. Mereka bisa berparade bergantian setiap minggu atau gabung diramaikan pesta musik atau festival perkusi, saluang, rabab, bansi, band-band indie, rock alternatif dan sebagainya. Banyak sekali yang butuh aktualisasi diri dan tempat untuk menguji nyali. Pemko tinggal mengumumkan ajakan, mereka akan menyambut dengan antusias.
Atau festival tanaman hias, festival bonsai, batu akik, burung, facebooker, blogger, pantomim, teater, puisi, tari modern, rebana, qasidahan, pop jalanan dan lain-lain. Bisa`pula pertandingan olahraga seperti lomba jalan cepat, balap sprint sepeda, lomba sprinter 100 meter, lomba volley pantai,banyak sekali pilihan untuk meramaikan Taplau setiap minggu yang akan membuat Taplau hidup setiap waktu.
Dijaga Warga
Karena semua ini pesta rakyat, dari warga, oleh warga dan untuk warga maka saya bayangkan event-event ini akan dijaga warga dengan sebaik-baiknya. Mereka akan jaga keamanannya, kenyamanannya, kesinambunganya. Mereka takkan menyembelih angsa bertelur emas untuk mendapatkan emas dalam perutnya, mereka juga tak akan memberaki periuk nasi mereka, karena jika Taplau hidup berarti hidup pulalah sumber-sumber pemasukan warga dan dampak ekonominya akan bergulir dan mengalir terus sampai jauuuuuuh....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H