Mohon tunggu...
Imran Chaz
Imran Chaz Mohon Tunggu... Guru - Guru SMK

Menulis untuk berbagi ilmu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Positif

30 September 2023   15:22 Diperbarui: 30 September 2023   15:22 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya terkadang berpikir kalau membuat dan menciptakan budaya positif baik dikelas maupun disekolah mesti dengan hukuman atau biasa kita kenal dengan punishment. Tujuannya untuk mendisiplinkan siswa yang melanggar aturan-aturan sekolah yang telah ditetapkan bersama-sama. Namun itu tidak memberi efek jera, semakin diberikan hukuman maka semakin siswa yang bersangkutan mengulanginya, entah itu dengan alasan ingin mempermainkan gurunya atau ingin merasa diakui dikalangan para murid-murid. Kemudian saya sadar ternyata untuk menciptakan budaya positif disekolah ad yang dikatakan dengan motivasi internal yaitu keinginan yang timbul dlam dirinya sendiri tanpa ada paksaan dari luar, timbul karena memang ingin menanamkan nilai-nilai kebajikan universal. Contoh kecil didalam kelas ada saja murid yang membuang sampah tidak pda tempatnya, kalau murid ini sadar akan budaya positif pasti akan membuang sampah pada tempatnya.

Saya masih kewalahan dalam menerapkan budaya positif karena menciptaan budaya positif tidak  semudah menuangkan tulisan dalam secarik kertas yang saat itu juga langsung jadi sebab ini berbicara tentang makhluk hidup. Mereka mempunyai akal pikiran. ada kebutuhan dasar yang harus dipenuhi mungkin karena salah satu kebutuhan dasar tidak terpenuhi sehingga melakukan perbuatan yang tidak sesuai aturan sekolah. Biasanya sudah terpenuhi namun caranya yang salah lagi. 

Apa pentingnya menciptakan suasana positif di lingkungan Anda?

Ini berkaitan dengan suasana dan dampak bagi saya dalam bekerja. Seseorang akan bekerja dengan aman dan aman apabila tidak adanya tekanan dan ancaman dari luar, begitupun siswa. Mereka akan fokus belajar apabila tidak ada tekanan dan ancaman yang mengintai mereka seperti bulliying dan premanisme. Selain itu juga dapat berdampak bagi kita seorang pendidik apabila berada dilingkungan yang positif. Bergaul dengan orang-orang yang berpikiran terbuka, melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang yang biasa kita kenal dengan growth mindset.

Sebagai seorang pendidik dan/atau pimpinan sekolah, bagaimana Anda dapat menciptakan suasana positif di lingkungan Anda selama ini?

Menciptakan suasana positif dilingkungan tempat kita bekerja itu sebuah keniscayaan menurut saya. Proses pembelajaran tidak akan berjalan efektif apabila kita seorang pendidik apalagi pimpinan tidak berusaha maksimal dalam menciptakan suasana positif sebab salah satu faktor ekstrinsik siswa mau belajar adalah lingkungan yang positif. Walaupun memang kita semua disini sepakat dan percaya bahwa menciptakan lngkungan positif itu sulit tapi tidak juga mustahil dilakukan. Ada beberapa kegiatan-kegiatan kecil dahulu untuk memicu kegiatan yang lain sehingga terciptanya kondisi lingkungan yang positif.

  • Menjadi role mode. Siswa akan meniru tindak tanduk seorang guru, apabila kita sudah mendapatkan posisi terbaik di hati siswa kita maka dalam memberikan contoh teladan akan terasa mudah tinggal kita sebagai pendidik mesti hati-hati dalam berperilaku baik disekolah maupun diluar sekolah. Identitas yang melekat pada diri seorang guru tidak hanya di sekolah saja tetapi diluar sekolah atau 24 jam. Seorang guru ketika berinteraksi dilingkungan tempat tinggalnya akan di panggil dengan bapak Guru atau Ibu guru. Profesi Guru terus melekat pada pribadi seseorang walaupun diluar lingkungan sekolah, itulah ada istilah guru itu digugu dan ditiru.
  • Menciptakan lingkungan yang aman. Guru memastikan bahwa dilingkangan sekolah itu tidak ada praktek bulliying dan aksi premanisme yang kerap dilakukan oleh kakak kelas ataupun siswa yang merasa punya teritorial sekolah, biasanya siswa seperti ini didapatkan pada siswa yang tempat tinggalnya tidak jauh dari sekolah.
  • Melakukan interaksi positif. Banyak dari siswa yang ketika bertemu baik kantin, perpustakaan, taman sekolah bahkan kelasnya pun berdekatan tidak saling menyapa. Ini karena mereka gengsi tidak ingin menegur duluan akibatnya suasana sekolah sensitif dan akan terjadi kelompok-kelompok didalam sekolah dan yang paling parah akan terjadi persaingan antar kelompok. Untuk meredam semua itu diharapkan seorang guru dapat menciptakan interaksi positif melalui kegiatan ekstrakulikuler agar semua siswa dapat saling mengenal dan berteman satu sama lainnya.
  • Aktualisasi diri. Dalam teori Abraham Maslow tingkat tertinggi adalah aktualisasi diri. Banyak kita temui disekolah siswa ingin diakui dan dihargai. Ini kemudian tidak salah sebab itulah manusia. 5 kebutuhan dasar manusia yang mesti dia penuhi salah satunya adalah aktualisasi diri. Siswa yang berusaha membuat karya harus kita hargai walaupun sekecil apapun, jangan melihat hasilnya tapi lebih kepada prosesnya.

Apakah hubungan antara menciptakan suasana yang positif dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid?

Apabila suasana belajar yang positif telah terjadi dilingkungan sekolah maka akan memicu motivasi semangat belajar murid, fokus dan aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Dapat menekan distraksi atau pengalihan perhatian murid terhadap pembelajaran, hal ini juga dapat mengurangi tingkat stress dan kecemasan berlebihan. Semua murid merasa dihargai dan tidak terjadi diskriminasi.

Bagaimana penerapan disiplin saat ini di sekolah Anda, apakah sudah diterapkan dengan efektif, bila belum, apa yang menurut Anda masih perlu diperbaiki dan dikembangkan?

Disipilin itu tidak melulu dengan murid. Terkadang yang harus didisiplin itu adalah seorang guru. Ada oknum guru yang "nakal" dalam alokasi waktu pembelajaran, misalnya dia masuk dan mengajar 3 jP tetapi faktanya dia hanya masuk kedalam kelas tidak sampai 1 JP dan ini berulang kali. Kalau hanya sekali mungkin kita biasa memaklumi atau mungkin amteri yang diajarkan telah habis tetapi anehnya kalau  baru masuk awal semester memalukan praktik korupsi waktu. Yang perlu diperbaiki adalah kualitas guru itu sendiri, kompetensi profesionalismenya dipertanyakan. Bahkan yang miris adalah mereka guru-guru yang sudah sertifikasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun