Berbagai hambatan yang dihadapi oleh pemerintahan Jokowi dianggap sebagai salahsatu faktor banyaknya target-target nasional tertunda. Pemerintahan yang baru berusia lebih dari 7 bulan ini terus diguncang oleh berbagai persoalan. Apa dan siapakah yang menghambat laju pemerintahan Jokowi tersebut? IMOSAC berkesempatan sekali lagi melakukan wawancara dengan Irwan Suhanto, pendiri IMOSAC, Anggota Dewan Pendiri Lembaga Kajian Strategis Nasional yang juga dianggap lingkaran dalam istana, pada hari Sabtu 2 Mei 2015 di Jakarta. Berikut petikan wawancara;
IMOSAC :
Setelah wawancara terakhir dengan Anda, dimana Anda menyebut adanya kelompok didalam bekas pendukung Jokowi yang sedang bermanuver menekan, apakah persoalan hambatan terhadap program dan target nasional juga diinisiasi oleh mereka ?
IRWAN :
Sebagai salah satu kontributor, saya harus katakan : IYA. Karena kapal tak akan tenggelam karena air yang berada diluar, kapal hanya akan dapat ditenggelamkan oleh air yang berada didalam.
IMOSAC :
Anda sangat agresif dan keras mengkritik kelompok tersebut. Kenapa ?
IRWAN :
Berulang kali saya menyebutkan, yang paling nista adalah mereka yang berupaya menjatuhkan siapapun yang tadinya mereka dukung. Apalagi upaya itu dikarenakan kehendak politiknya tidak kesampaian. Praktik-praktik semacam ini sudah saatnya dijadikan sebagai musuh besar demokrasi.
IMOSAC :
Apa dan siapa sebernarnya yang menghambat program Jokowi ?
IRWAN :
Kalau saya sebut nama pasti akan geger, saya memilih kriteria-kriteria saja. Itu lebih arif, walaupun terkadang saya gatal untuk bisa tunjuk hidung saja sebenarnya.
IMOSAC :
Kriteria ? Maksud anda bagaimana ?
IRWAN :
Ya, saya pikir lebih baik saya sebutkan saja kriteria para pengganggu tersebut, lalu publik bisa mendeskripsikannya dengan jelas. Tidak sulit kok, segera publik akan tahu siapa-siapa yang masuk kedalam kriteria itu.
IMOSAC:
Apa saja yang Anda anggap sebagai pengganggu bagi pemerintahan Jokowi ?
IRWAN :
Setidaknya ada tiga kelompok utama yang sampai saat ini masih bercokol dan terus mengganggu. Kalau ketiganya tidak disapu maka sampai kiamatpun, siapapun presidennya maka tidak akan pernah bangsa ini maju dan menjadi bangsa besar.
Saya mencatat mereka adalah :
1.Oligarki partai politik yang didalamnya berkumpul sekelompok politisi yang hanya berpikir tentang bagaimana memperkaya diri dan berupaya dengan cara apapun mengamankan kepentingan ekonominya.
2.Mafia, para pebisnis hitam. Yang dengan uang hasil kejahatannya terus membiayai berbagai praktik monopoli dan kecurangan. Uang merekalah yang terdistribusi besar ke kantung banyak politisi dan aparat, agar praktik mafia mereka tetap dapat terproteksi, baik secara politik maupun dari sisi regulasi.
3.Aparat dan Birokrat yang bermental maling dan korup. Harus jujur diakui bahwa mayoritas mereka masih memegang kendali dalam berbagai institusi pemerintahan. Mereka yang gemar mempersulit prosedur tapi dipintu lain membuka kesempatan kepada para penyuap keluar masuk seenaknya
Selama ketiganya masih bercokol dan tidak dilibas maka siapapun presidennya akan lumpuh. Nah, publik harus diberitahu, mereka inilah para penghambat semua program pemerintah, merekalah yang sejak puluhan tahun mengangkangi kepentingan rakyat. Dan saya yakin, publik bisa segera mengidentifikasi siapa-siapa saja mereka.
IMOSAC :
Ini menarik, karena Anda sebut mereka pengganggu.
IRWAN :
Ya, bagi pemerintah, jelas mereka pengganggu. Tapi bagi Rakyat Indonesia, mereka adalah musuh bersama. Maka bersama Jokowi, rakyat harus ikut melawan mereka.
IMOSAC :
Bisa tidak Anda membuat analogi terkait ancaman nasional yang disebabkan ketiganya ?
IRWAN :
Sangat bisa. Coba kita bayangkan, untuk satu sektor saja, misalnya sektor maritim. Berapa banyak partai yang agresif dan aktif dalam membantu Jokowi mewujudkan visi maritimnya? Kenapa mereka melempem ? Karena ada kepentingan para mafia yang berpuluh-puluh tahun bermain-main di sektor maritim. Mereka juga yang menyuap para aparat dan birokrat kita dimana-mana. Jangan salahkan hadirnya ribuan pelabuhan tikus kalau pelabuhan yang resmi tidak mampu memberikan pelayanan yang jujur dan profesional. Tanya saja kepada para pengusaha kapal dan kargo, kemana mereka lebih banyak menghabiskan uang dalam menjalankan pekerjaannya sehari-hari. Begitu Jokowi bicara visi maritim, mereka pura-pura tertib. Tetapi begitu terdengar ada ratusan trilyun yang akan mengalir di sektor maritim, mereka langsung kegenitan, agresif.
IMOSAC:
Anda membuat analogi itu menjadi terkesan rasional
IRWAN :
Memang itu fakta, bukan buatan saya atau siapapun. Sejak saya menjabat sebagai Sekjend Sekretariat Bersama Bangsa Maritim Nusantara, saya menjadi tahu, betapa ancaman ketiga kelompok itulah yang paling berbahaya. Maka dari itu, saya lebih mudah membuat analogi dari sektor maritim. Walaupun di semua sektor ketiganya bermain.
IMOSAC :
Apakah ketiga kelompok ini ada juga dalam pemerintahan Jokowi ?
IRWAN :
Jelas. Mereka ada dimana-mana, termasuk didalam pemerintahan Jokowi. Politisi yang menjalankan oligarki politik didalam partainya ada, mafia yang membiayai mereka jelas akan ikut kedalam juga khan ? Kalau aparat dan birokrat, itu khan peninggalan rezim-rezim sebelumnya, pasti mereka sudah didalam sejak lama. Inilah sebenarnya musuh dari TRISAKTI, penghambat Nawacita, maka sebenarnya Revolusi Mental itu diarahkan untuk ketiga kelompok itu. Kalau Revolusi Mental mandek, Nawacita dikabur-kaburkan, dan TRISAKTI ditinggalkan hanya sebatas jargon, jelas itu kerja ketiganya.
IMOSAC :
Sangat clear dan jelas. Anda berpikir Jokowi akan mampu menghadapi mereka ?
IRWAN :
Saya amat yakin Jokowi mampu. Jokowi sudah paham soal ketiga kelompok ini. Dan sebagai pemimpin dari lebih 200 juta rakyat Indonresia, ia yakin bersama rakyat ketiga kelompok ini akan dapat dilibas keluar arena. Insya Allah.
IMOSAC :
Bagaimana memulainya ?
IRWAN :
Banyak cara. Walaupun ancaman tetap akan ada, tapi Jokowi telah menyiapkan banyak skenario menghambat mereka. Yang ia butuhkan sekarang adalah dukungan rakyat, bukan kepada ia sebagai pribadi. Tetapi kepada Jokowi sebagai Kepala Negara dan Presiden Republik indonesia yang sedang berjuang untuk kepentingan rakyatnya. Disinilah seharusnya para elit politik ikut terlibat aktif dalam upaya penggalangan melawan ketiga musuh bangsa tersebut. Jangan diam atau pura-pura tidak tahu.
Anda lihat, dalam pelbagai kebijakan, Jokowi dengan berani mengambil langkah progresif dan membuat para pengkritiknya diam dan salah tingkah. Kalau Jokowi gak bernyali, maka tak akan ada sikap ajeg pemerintah dalam banyak keputusan. Tapi terkadang kesalahan yang mungkin saja disengaja masih terjadi disana-sini dilingkaran dalam pemerintah. Jokowi tahu betul siapa-siapa yang menggoreng, kita lihat beberapa waktu kedepan apa yang akan terjadi terhadap para anasir yang gemar menjalankan operasi disinformasi itu.
Tapi kuncinya adalah bagaimana kita membangun kesadaran, bukan memanipulasi kesadaran rakyat, agar mau berkhidmat dalam perjuangan melawan ketiga musuh nasional tersebut. Tanpa rakyat, maka ketiganya akan makin leluasa menghambat Jokowi. Dan sekali lagi, rakyat yang akan dirugikan, karena semua program dan target nasional akan terhenti pencapaiannya.