Mohon tunggu...
Esti Setyowati
Esti Setyowati Mohon Tunggu... Seniman - Bismillah

Librocubicularist.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dewi Hagnyanawati

16 September 2018   11:00 Diperbarui: 16 September 2018   11:50 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Radyan Samba, Ksatria ini memang sangat berani mempertaruhkan nafasnya sendiri.

"Kakangmas sedang tidak ada, kamu bisa menemaniku selama yang kamu mau" bisikku pelan. Kakangmas yang kumaksud adalah Sang Prabu. Entah beliau kemana, aku tidak pernah sempat bertanya tanya.

"Apa kita akan seperti ini terus?" tanyanya kemudian. Meraih tanganku, menciuminya. Kami bernar benar telah dibutakan oleh rasa yang tak terbendung. Pelan kembali kuraih bibirnya dengan bibirku. Aku menggeleng tanda tak mengerti hingga kapan kami akan terlibat pergolakan batin seperti ini.

 "Kemarin aku mendatangi Guna Dewa" dia menarik kepalanya dari pangkuanku. Kutatap matanya yang teduh. Dia mulai bercerita tentang sebuah kutukan yang menjadikan kami terjangkit perasaan terlarang. Bathara Ulam Derma dan Bathara Ulam Dermi adalah dua jiwa yang telah merasuk dalam sukma kami. Sang Guna Dewa adalah seorang guru yang sakti. Saudara tua Radyan Sama itu pasti sudah tahu karena mata batinnya yang telah terbuka oleh rahasia para dewa dewa.

"Jadi Sang Hyang Endra mengutuk kedua Bathara itu karena terlibat percintaan sedarah?" tanyaku dengan keterkejutan yang tak dapat lagi kubendung. Radyan Samba mengangguk kemudian menunduk.

Aku tidak sepenuhnya paham akan cerita yang ini. Tiba tiba kepalaku pening. Ada tubuh Bathara Ulam Dermi yang merasuk dalam sukmaku. Mengontrol segala tindak tandukku hingga kemudian aku menolak mentah mentah kasih sayang suami dan mengejar ngejar sosok Bathara Ulam Derma dalam tubuh Radyan Samba.

"Jadi ini sepenuhnya bukan salah kita, Dewi" lelaki di sampingku berusaha menenangkan. Pikiranku semakin kalut jika mengingat perlakuan Sang Prabu yang begitu baik padaku. Hanya saja aku tidak pernah bisa menghindar dari kendali manusia lain di tubuhku. Ia terus menginginkan Bathara Ulam Derma, ia terus mengejar Radyan Samba.

"Aku akan memperjuangkanmu, Dewiku" katanya pelan. Kupeluk tubuhnya dalam isak tangis. Sedikit menyalahkan kutukan yang membuatku tak bisa terlepas dari aroma Radyan Samba, kekasih hatiku.

Kami terus menyusun strategi di hari hari berikutnya agar tetap bertemu. Mengatur tempat tempat yang mungkin dapat kujadikan pelampiasan rasa rinduku yang bertumpuk tumpuk dan tak pernah habis. Aku semakin tidak bisa mengalah dengan kekuatan Bathara Ulam Dermi dalam tubuhku.

 

Ia semakin haus akan kasih sayang Radyan Samba. Ia semakin kemarau jika tak seharipun menghirup aroma napasnya. Bathara Ulam Dermi semakin menggila di tubuhku, semakin keras kemauannya untuk terus bersanding dengan roh Bathara Ulam Derma dalam sosok Radyan Samba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun