Mohon tunggu...
Harun Imohan
Harun Imohan Mohon Tunggu... Psikolog - Saya anak kedua dari tiga bersaudara. Sebagai sarjana muda, saya hanya bisa menulis untuk sementara waktu karena belum ada pekerjaan tetap.

Aku ber-Majelis maka aku ada

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengampuni Kesalahan Diri Secara Radikal

11 Maret 2019   14:28 Diperbarui: 11 Maret 2019   15:33 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pernahkah anda berpikir bahwa teman sepermainan anda adalah diri anda dalam tubuh yang berbeda? Atau anda berpikir bahwa anda adalah teman anda dalam tubuh yang berbeda? Yah, sejatinya pemikiran seperti itu tidak sepenuhnya dapat disalahkan. Mengapa karena? Karena anda dan teman sepermainan anda memiliki banyak persamaan yang jauh lebih banyak daripada perbedaan yang ada.

Prinsip sederhananya adalah kita sebagai manusia akan selalu mencari kesamaan pada orang lain yang kemudian membuat kita nyaman berteman akrab dengannya. Misalkan, anda dan teman anda adalah seorang pengendara Motor Gede (Moge). Anda akan mencari kawan Moge lainnya untuk kemudian membuat komunitas. Perkumpulan itu didasari oleh kegemaran yang sama, yakni "Moge". Apakah hanya berhenti pada satu kesamaan yakni penyinta "Moge"? Tidak, anda dan teman anda juga akan menyukai perjalanan jauh, variasi motor dan acara-acara yang berkaitan dengan "Moge".

Kesamaan anda dan teman anda membuat anda berpikir bahwa anda adalah teman anda dan teman anda adalah anda. Tentunya dalam tubuh yang berbeda. Lebih lanjut akan dikuatkan dengan konsep kebertubuhan. Perlu diketahui bahwa manusia memiliki dua bentuk tubuh, tubuh asli dan kebertubuhan. 

Tubuh asli adalah tubuh yang anda miliki dan anda bawa kemanapun anda pergi. Sedangkan tubuh kebertubuhan adalah tubuh yang anda miliki dengan tambahan apa yang anda kenakan. Misalnya, anda sedang menyetir mobil. Seluruh bagian mobil akan anda rasakan dan anda perhatikan sehingga mobil itu tidak menabrak. 

Perasaan dan perhatian itu membuat anda memiliki tubuh yang lebih besar dari tubuh anda. Contoh lainnya yang lebih sederhana adalah saat anda memakai kaos. Tentunya ukuran kaos lebih besar daripada tubuh anda. Namun sepanjang hamparan kain kaos tersebut akan anda awasi dan perhatikan sehingga sedikit kemungkinan bahwa kaos akan sobek terkena benda tajam dan kotor terkena noda. Hal itu dikarenakan kebertubuhan yang dimiliki manusia.

Lebih ekstrem lagi konsep kebertubuhan diangkat dalam hubungan pertemanan. Anda merasa memiliki tubuh dan jiwa teman anda. Hal itu dibuktikan dalam berkomunikasi dengan teman, anda akan menjaga kata-kata yang keluar dari mulut supaya tidak menimbulkan ketegangan dalam hubungan. Anda mendapatkan pengalaman skala ketegangan teman anda dari nilai yang anda bangun dengan teman. Nilai tersebut terbentuk dari intensitas pertemuan anda dengan teman anda. Lebih lanjut anda akan menjaga tubuh teman anda tidak terkena gesekan dengan tubuh anda saat sedang berjumpa. Kedua hal tersebut didasarkan dari kebertubuhan yang anda miliki terhadap tubuh teman anda.

Dalam dua konsep persamaan kesamaan anda dengan teman akrab anda dan konsep kebertubuhan, anda akan sulit menyangkal bahwa anda adalah teman anda dalam tubuh yang berbeda. Begitu juga sebaliknya, teman anda adalah anda dalam tubuh yang berbeda. Lalu apa dampaknya itu semua? Ada dua dampak tercipta, dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya adalah kekuatan nilai yang semakin utuh. Nilai tersebut akan menangguhkan hubungan anda dengan teman, sahabat, pasangan dan sejenisnya. Namun, juga ada dampak negatif yang terbentuk. Dampak itu adalah anda akan selalu mengampuni kesalahan anda dan kesalahan teman anda selama kesalahan itu memiliki kesamaan dengan kesalahan yang ada dalam diri sendiri.

Maksud dari mengampuni kesalahan yang sama adalah saat anda memiliki kebiasaan buruk (bertentangan dengan nilai moral dan nilai agama serta nilai kemanusiaan), misalkan anda pelit, jorok dan ceroboh, anda akan mengampuni kesalahan itu. Bahkan, anda akan mencintai kesalahan yang ada dalam diri dengan membuat legitimasi pada diri anda saat melakukan hal-hal tersebut. Padahal, kiranya hubungan harmonis manusia sangat rawan dengan kesalahan-kesalahan di atas. Mereka (kesalahan) akan menceraikan masa depan hubungan dengan tindakan mereka saat ini. Karena kesalahan tersebut diampuni, maka perubahan diri menjadi sebuah keniscayaan.

Fatalnya, kesalahan yang ada dalam teman sepermainan yang dalam beberapa aspek memiliki kesamaan dalam diri anda, tentu anda juga akan memakluminya. Hal ini terbukti berlaku, sebagai contoh saat pejabat pemerintahan yang bersih dari korupsi namun mendiamkan teman sejawatnya melakukan perbuatan tercela itu dengan apologi persamaan kesamaan. Dengan sangat percaya diri pejabat pemerintahan itu melindungi teman sejawatnya dari ancaman hukuman pidana. Faktanya, pejabat tersebut sejatinya memiliki kesamaan dengan teman sejawatnya yang melakukan tindak korupsi. Walhasil, mengampuni kesalahan dalam diri sangatlah tidak direkomendasikan dalam bangunan hidup masyarakat yang sejahtera.

Lantas bagaimanakah seharusnya kita bersikap? Tentu kita harus menjadi manusia yang berkepribadian bijak dengan terus meningkatkan kadar kualitas supaya mampu mengatasi semua kesalahan-kesalahan dalam diri, bukan untuk diampuninya. Freud, seorang filsuf dan ahli kejiwaan berpendapat bahwa tujuan menjadi manusia adalah memiliki kepribadian yang mantap. Dalam kacamata Freud meninjau makna kepribadian yang mantap adalah menjadi pribadi yang mampu mengendalikan diri dan mengatasi segala bentuk kecemasan. Kepribadian yang mantap memang tidak memiliki standar yang jelas. 

Hal ini menjaga keutuhan objektivitas dari pendapat Freud yang autentik. Intisari dalam kepribadian yang mantap adalah keberhasilan manusia menjaga kestabilan dan mengurangi ketegangan dalam dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meninjau potensi dalam diri dan terus memperbaiki seluruh kesalahan yang berdampak memproduksi kecemasan. Memang sangat mudah mengubur kesalahan diri manusia, namun hal itu justru akan mengundang banyak kecemasan dan menganggu stabilitas perilaku manusia.

Secara tegas tidak ada makna tunggal dari kemantapan tersebut. Kemantapan pribadi seseorang dengan orang yang lain bisa berbeda padahal mereka sama-sama menduduki taraf kepribadian yang mantap. Kemantapan biasanya berarti, bahwa variasi Akan menyesuaikan diri kepada suatu corak yang umumnya tetap dan dapat di ramalkan dari semula. 

Seorang dewasa mungkin sering kali mengganti pekerjaannya atau istrinya atau Kesenangannya, tetapi pekerjaan yang baru atau istri atau kesukaan yang baru mempunyai persamaan yang besar dengan yang lama. Meskipun ada kemungkinan jatuh dalam lubang ketidak konsistenan diri, tetap saja manusia dituntut untuk menelusuri kebijaksanaan dalam sukmanya untuk kemudian diaplikasikan di kehidupan nyata.

Tamat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun