Bukti Terkuat menurut penulis adalah Pak Darmawan Salihin sendiri.
Bukti Kedua-Terkuat menurut penulis adalah Dokter dan Suster jaga di Unit Gawat Darurat RS Abdi Waluyo.
Hah ??? Kok Bisa??
Ya. Sorry i was a little bit Slow in my Deduction :)
Dalam beberapa wawancara yang dilakukan, anda pasti pernah dengar Pak Darmawan Salihin memberikan nafas buatan sesampainya di RS Abdi Waluyo kan?
Nah ... kalau benar ada Sianida dalam Konsentrasi (atau Dosis) Tinggi didalam tubuh Korban, pastilah Pak Darmawan Salihin akan terpapar gas HCN konsentrasi tinggi kan? lho kok masih hidup???
Kita tida bisa ber-andai-andai ... Oh mungkin saja Pak Darmawan tidak tarik nafas dll dsb dst ... Lah kalau begitu alasannya, berarti Mouth-to-mouth tidak berbahaya, tidak perlu dilarang; nyatanya dilarang dlm kondisi pertolongan pada korban sianida.
Secara Logika, kalau Pak Darmawan Salihin masih hidup setelah memberikan nafas buatan kepada Korban, ini berarti tidak ada sianida dalam tubuh korban.
as simple as that.
Bukti kedua-terkuat tidak-adanya sianida didalam tubuh Korban adalah Dokter dan Suster jaga UGD RS Abdi Waluyo. Kenapa?
Ingat keterangan Dokter jaga RS Abdi Waluyo? Apa yang mereka lakukan meski korban sudah henti nafas dan henti jantung? mereka lakukan RJP - Resusitasi Jantung Paru dengan cara memompa dada korban.