Kedua saksi ini menarik bagi penulis karena kedua saksi ini menunjukkan bahwa keterangan saksi (saksi fakta) adalah suatu keterangan yang bisa menjadi suatu sebab penyimpangan. Kenapa demikian? Karena keterangan saksi itu sangat mudah berubah, dibawah tekanan, dan kalau rentang waktu antara kejadian (pengalaman) dan recalling-the-memory itu semakin jauh.
Tapi ada beberapa hal yang Saksi yakin dan penulis temukan menarik:
- Saksi merasa "terganggu" karena Terdakwa yang duduk di meja dekat mereka, berbicara dengan cukup keras saat bercakap-cakap menggunakan telepon.
- Saksi melihat bahwa Korban tampak telentang kebelakang (collapsed) tapi TIDAK kejang-kejang (convulsion)
Kenapa ini menarik? Karena secara alami, seseorang akan lebih ingat akan sesuatu yang terjadi disekitarnya kalau kejadian tersebut "tidak sewajarnya".Â
Kalau seseorang yang berada dilokasi dengan sangat yakin menyatakan bahwa mengalami kejadian tersebut, maka ini bisa menjadi dasar untuk mempertanyakan ke-akurat-an CCTV tersebut yang tampaknya tidak memiliki "adegan" atau "kejadian" tersebut.
Lalu fakta kedua bahwa Korban tampak tak sadarkan diri (collapsed) tapi tidak kejang-kejang (no convulsion) adalah menarik karena manifestasi keracunan sianida salah satunya adalah kejang-kejang.
Lalu kalau Korban tidak kejang-kejang, bagaimana?
Keterangan Saksi Ahli Kedokteran Forensik (Prof Dr Beng Beng Ong) dan Saksi Ahli Patologi Forensik - Toksikologi Forensik (Dr Djaja Surja Atmadja)
Penulis memilih menulis tentang kedua Saksi Ahli ini dalam satu bagian yang sama untuk memudahkan penulisan semata.
Pertama-tama, penulis ingin mengajak kita semua menelaah, apa sih "keracunan" itu?