Hari ini 18 tahun lampau, Jenderal Besar Purnawirawan HM Soeharto menyatakan mundur dari jabatan Presiden RI yang sedianya akan diemban untuk masa 1998-2003. Pernyataan mundur itu disebabkan oleh desakan yang kian masif dari rakyat termasuk dari lingkaran penjilat-penjilat yang semula mendukung untuk menjabat Presiden RI ke 6 kalinya.Â
Peristiwa penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei, yang berujung pada kerusuhan massa di beberapa kota yaitu Jakarta, Medan, Surakarta, dan Yogyakarta mulai tanggal 13 hingga 16 Mei 1998 ikut andil dalam mendorong jatuhnya Soeharto. Kekuasaan kokoh selama 32 tahun yang seolah tak tergoyahkan mendadak ambruk oleh hancurnya ekonomi akibat nilai Rupiah yang jatuh dari Rp 2,000 an pada 1997 menjadi Rp 16,650 pada Mei 1998. Utang-utang Negara dan swasta dalam US Dollar menjadi berlipat ganda.Â
Selanjutnya oleh TAP MPR XI 1998 tentang penyelenggaraan negara bebas KKN yang dilakukan oleh Soeharto dan kroninya mengukuhkan bahwa soeharto adalah penjahat. Ia hanya beruntung tidak mencicipi pengadilan hingga akhir hayatnya.
Sedangkan definisi Pahlawan itu jelas, orang yang mencari Pahala bukan harta benda. Disini menjadi rancu bila seorang pemimpin yang selama 32 tahun berkuasa sibuk memperkaya keluarga dan kroninya malah hendak diusulkan menjadi Pahlawan. Memang yang mengusulkan pemberian gelar pahlawan adalah partai boneka soeharto sendiri yang juga mujur tidak ikut dihancurkan dalam proses reformasi. Itu kecelakaan sejarah bangsa dalam proses reformasi berikutnya, sehingga dalam 18 tahun masih belum beres-beres. Bila saat itu partai boneka Soeharto bisa dilumatkan maka nasib bangsa ini niscaya akan jauh lebih baik.
Yang sudah berlalu memang tidak mungkin diubah kembali. Namun menjadi kewajiban kita semua untuk memastikan masa depan bangsa yang lebih baik untuk kepentingan generasi berikut.
Bila terhadap pemimpin yang 18 tahun lalu dijatuhkan oleh rakyatnya sendiri karena praktek Korupsi-Kolusi-Nepotisme, kemudian sekarang hendak diusulkan menjadi pahlawan maka itu menunjukkan pola pikiran yang kacau balau bahkan mendekati gila. Memang tokoh-tokoh yang memimpin partai boneka Soeharto saat ini sadar sekali bahwa kekayaan yang mereka raih itu berkat perlindungan Soeharto saat berkuasa.Â
Jadi, untuk membalas budi mereka merasa perlu untuk mengembalikan kehormatan Soeharto. Akan tetapi  momentum politik kini tidak akan memberi peluang bagi terwujudnya usulan itu. Tidak mungkin membuat generasi pasca 1998 makin bingung dengan kenyataan bahwa Soeharto itu pemimpin yang jatuh oleh KKN sehingga mustahil- tidak layak untuk menerima gelar Pahlawan. Boleh saja bila gelar Pahlawan yang dimaksud adalah PAHLAWAN KKN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H