Ada yang menarik saat menumpang bis TransJakarta jurusan Kota-Blok M siang tadi saat menyaksikan seorang Bapak yang sudah setengah uzur-kira-kira berusia 60 an tahun sedang membaca buku berjudul 'How To Keep Your Wife Happy'. Memang untuk menuntut ilmu pengetahuan (apa salahnya ilmu dan pengetahuan, kok dituntut-tuntut) tidak ada batasan usia, bahkan sampai menjelang akhir hayatpun tetap dianjurkan. Namun untuk terus menerus berusaha mengetahui bagaimana cara membuat istri bahagia bukanlah topik yang banyak dibicarakan kaum suami. Kebanyakan suami (seperti saya sendiri dan beberapa teman yang saya kenal) selalu melulu membahas bagaimana istri harus bersikap agar supaya membuat suami bahagia dan betah di rumah. Barangkali egois adalah sifat lelaki sehingga menuntut terlebih dahulu dibikin bahagia baru kemudian rela membalas memberikan hal serupa terhadap istri. Bahkan bila istri sudah melakukan 'one stop service' yang sangat memuaskan, tidaklah menghalangi beberapa oknum suami untuk selingkuh (selingan indah-keluarga utuh). Berkali-kali ada berita oknum suami yang selingkuh dan kemudian 'terpaksa' mengawini selingkuhannya, padahal sudah punya istri yang 'semlohe'.
Nah, melihat Bapak yang sudah uzur tadi sedang membaca buku berjudul di atas, saya langsung membayangkan beberapa tips yang pernah saya baca. Dalam situs http://www.menprovement.com/how-to-keep-your-wife-happy/, ada beberapa resepnya :
1. Mendengarkan (HANYA mendengarkan). Istri ingin menyampaikan kegalauannya, maka tugas suami HANYA mendengarkan, bukan mencari solusi seketika, bukan ikut-ikut kuatir dengan kegalauan istri.
2. Membantu istri dengan hal-hal sepele namun bermakna bagi istri, misalnya dengan membantu mendorong kereta belanja saat sedang di pasar swalayan, atau membantu saat istri sedang beres-beres di dapur.
3. Berikan privasi. suami dan istri adalah pribadi yang berlainan asal muasalnya, dengan latar belakang yang berbeda, tentu memiliki perbedaan kepribadian, dan pernikahan bukanlah bertujuan menyamakan sifat-sifat di antara dua pribadi, melainkan menselaraskan dua pribadi untuk bersinergi membangun rumah tangga. Masing-masing memiliki kehidupan masa lalu seperti teman-teman sekolah. Bila istri hendak reuni dengan teman-teman sekolah, bila diminta maka boleh saja suami mendampingi.
4. Menyampaikan kabar baik pertama kali ke istri. Karena istri memperingkat orang-orang yang dikasihi dan teman terbaiknya dari kepada siapa kita akan menyampaikan kabar baik kepadanya pertama kali.
5. Memuji istri, ini resep yang murah untu bikin istri happy, sampaikan terang-terangan atau lewat pihak ke tiga misalnya tentang lezatnya masakan yang dihidangkan oleh istri.
6. Berhenti memandang sex sebagai persoalan kuantitas. Mitos menganggap sex dalam kehidupan pernikahan lebih sedikit. Padahal menurut studi  http://www.scienceofrelationships.com/home/2011/8/18/who-has-the-busier-bedroom-single-people-or-married-couples.html, kaum suami lebih memilih sex dalam pernikahan karena secara kualitas lebih baik daripada sekedar mengejar kuantitasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H