Gerhana Matahari Total 2016 tanggal 9 Maret 2016 adalah peristiwa alam biasa di masa modern ini. Karena merupakan peristiwa alam biasa maka respon terhadap peristiwa serupa adalah biasa-biasa saja. Beda dengan era jaman dahulu saat di era tanpa agama maupun saat kemudian agama samawi sudah merasuk. Dalam banyak konsep era saat tanpa agama maka peristiwa gerhana matahari dianggap sebagai fenomena alam yang menakutkan, dibayangkan saat itu  matahari ditelan oleh makhluk seperti Naga atau Raksasa. Untuk mengusir sang Naga atau raksasa maka dibunyikanlah kegaduhan agar matahari dimuntahkan kembali.
Saat agama muncul, konsep menakut-nakuti yang mirip dikemas secara lebih rasional walaupun tetap irrasional sejatinya. Dikisahkan adanya peristiwa gerhana itu adalah sarana bagi zat yang maha kuasa untuk menakut-nakuti manusia agar selalu ingat dan taat terhadap zat yang maha kuasa itu. Untuk menanggapi peristiwa gerhana matahari itu, respon yang dilakukan manusia tidak perlu lagi melakukan kegaduhan melainkan beribadah agar selalu ingat dan takut terhadap zat yang maha kuasa itu.
Prediksi durasi Gerhana Matahari Total tanggal 9 Maret 2016 hanya berlangsung selama tidak sampai 3 menit pada wilayah-wilayah mulai Propinsi Bengkulu sampai Maluku Utara.
Dilema kembali muncul, antara ingin melihat atau salat. bila melihat maka tak salat, sebaliknya bila salat maka pasti tak melihat peristiwa alam yang langka terjadi di wilayah yang sama.
Pada saat demikian maka konsep agama bahwa peristiwa Gerhana Matahari Total itu adalah sarana dari zat yang maha kuasa untuk menakut-nakuti manusia harus dipertanyakan jika berani, tapi jika tidak berani  maka terima saja konsep itu dan tetaplah ketakutan dan jadikan ibadah sebagai jalan keluarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H