Mohon tunggu...
Immortal Unbeliever
Immortal Unbeliever Mohon Tunggu... wiraswasta -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Headstrong, Stubborn, Greatdash, Stedfast E:riot@america.hm

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hubungan Terpilihnya Sadiq Khan, Ahok & Terorisme

8 Mei 2016   01:24 Diperbarui: 8 Mei 2016   01:58 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: thejc.com

'Trauma' dengan serangan teroris di beberapa Ibukota negara-negara Eropa yaitu Paris dan Brussels, 44% Pemilih Kota London memutuskan seorang Muslim; Sadiq Khan menjadi Walikota.

Kota London, Ibukota Inggris telah memilih seorang Walikota seorang Muslim keturunan Imigran dari Pakistan. Dengan demikian London mencatatkan sejarah dengan dipimpin oleh minoritas. Berbeda dengan sebaliknya yang terjadi di beberapa negara yang mayoritas Muslim, sangatlah langka seorang minoritas Non Muslim bisa terpilih menjadi pemimpin. Alasannya karena ada nats agama yang melarang Muslim untuk menjadikan Non Muslim sebagai 'Pemimpin'. Walau landasan dalil yang digunakan 'debatable', apakah 'awliya' (kata asli pada ayat tersebut) dapat ditafsirkan sebagai 'Pemimpin'. 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi “awliya” mu; sebagian mereka adalah “awliya” bagi sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi “awliya”, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”(Al Maidah 51)

Menurut terjemahan Kementrian Agama, 'Awliya' diartikan sebagai 'Pemimpin', akan tetapi menurut tafsir Al Thabary kata itu ditafsirkan sebagai 'Sekutu' atau 'Aliansi'. Kita biarkan saja kontroversi arti kata 'Awliya' menjadi perbedaan yang mendatangkan rahmat bukan laknat.

Kembali ke kejadian langka dengan seorang dari wakil minoritas terpilih menjadi pemimpin di wilayah yang mayoritasnya bukan segolongan, menghangatkan isu serupa yang telah terjadi di Ibukota RI Jakarta yang sekarang dipimpin oleh Ahok seorang yang bukan saja Non Muslim namun juga 'Non Pribumi'. Banyak kalangan agama yang terang-terangan menolak kondisi demikian, mereka tidak rela seorang Non Muslim mempimpin. Memang, 'skenario' Ahok menjadi pemimpin di Jakarta bukan dipilih melainkan menerima 'warisan' jabatan yang ditinggalkan oleh Gubernur terpilih Jokowi yang naik menjadi RI 1. Jadi, saat akan ada pemilihan ulang pada 2017, mereka yang menolak pemimpin Non Muslim akan mati-matian berusaha mencegah terpilihnya Ahok dengan segala cara.

Jika kelak Ahok dapat terpilih menjadi Jakarta 1, maka akan serupa kondisi di London Ibukota Inggris Raya dengan Jakarta ibukota RI. 

Yang perlu dijawab disini adalah mengapa Sadiq Khan bisa terpilih di London ?

Rakyat London sejujurnya dilanda trauma akan kapan giliran kota mereka 'menerima' serangan teroris yang mematikan seperti di Paris,Perancis dan Brussels, Belgia. Walau gembar gembor mempromosikan toleransi umat mayoritas Anglican terhadap Muslim, namun sebenarnya mayoritas Anglican tengah 'berjudi'. Dengan memilih seorang Muslim yang berasal dari etnis pendatang pula, besar harapan mereka bahwa serangan teroris kelak tidak jadi mampir ke London. Mereka mencoba 'mengalah' terhadap jaringan teroris yang berasal dari imigran non Anglican dengan memilih seorang Sadiq Khan akan membuat segan para teroris itu dan menghentikan giliran London mendapatkan serangan teror.

Harapan demikian sepertinya akan menuai kekecewaan. Mengapa?, karena terorisme yang berasal dari imigran timur tengah itu tak memandang siapa yang menjadi pemimpin mereka. Di negara-negara timur tengah sendiri yang pemimpinnya 1000% seagama, mereka tidak segan menumpahkan darah setiap saat dimanapun. Jadi angan-angan 44% pemilih Sadiq Khan dipastikan akan berujung kekecewaan. Time will tell.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun