Mohon tunggu...
IMM KoTA Universitas Jember
IMM KoTA Universitas Jember Mohon Tunggu... -

Pimpinan Komisariat Tawang Alun Universitas Jember Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Muhammadiyah Students Associations) Cabang Jember Jawa Timur http://immkota-unej.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berkenalan dengan si DEMONSTRASI

21 Januari 2011   00:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:20 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Macam demonstrasi : 1. Unjukrasa mahasiswa Unjukrasa mahasiswa harus dan wajib berbasiskan analisis intelektual ilmiah. Kekuatan gerakan ini bukan terletak pada jumlah/kuantitas peserta aksi akantetapi pada manajemen isu dan propaganda media. Aksi diikuti 3 orang pun jadi (ex: 1 org pegang megapon, 1 org pegang bendera berkalungkan poster tuntutan/seruan, 1 org sebar brosur/media) asalkan isu dikelola secara optimal (waktu/tempat yang tepat, kontak media cetak dan elektronik dgn baik). 2. Unjukrasa Buruh, petani, profesional dll Unjukrasa ini berbasiskan massa penuh, meskipun (mungkin) peserta aksi juga telah melakukan analisis isu dengan baik. Secara umum aksi ini di/tergerakkan oleh isu atau kebijakan yang merugikan diri dan komunal profesinya. 3. Unjukrasa gabungan buruh, tani, mahasiswa. Unjukrasa dapat berlangsung masif dan efektif jika aksi ini dikelola secara optimal. 4. Unjukrasa bayaran Pihak manapun bisa terlibat dalam aksi ini. Baik mahasiswa, petani, buruh atau kalangan profesional jika melakukan aksi hanya berdasarkan deal dengan pihak-pihak tertentu yang berkepentingan. Contoh Perbedaan : Kasus kenaikan harga BBM. (Idealnya) mahasiswa unjukrasa setelah melakukan studi empiris ternyata kebijakan itu tidak tepat ditinjau dari segi ilmu ekonomi, politik dan sebagainya. Bukan karena jika harga BBM naik, harga nasi bungkus di “Pak Musawir” juga turut naik. (Pada umumnya) buruh/petani unjuk rasa karena secara langsung dirugikan oleh kebijakan tersebut. Kebutuhan pokok meningkat. Sembako mahal. Munculnya PHK dll. Faktor keberhasilan mobilisasi massa : 1. Ideologis Demonstrasi masif dan efektif membutuhkan waktu, tenaga, biaya, keseriusan yang tinggi. Semua itu hanya bisa dibayar dengan ideologi. Ideologi, konsep dasar berpikir. Ideologi yang matang dan terasah mampu “membeli” cita dengan keadaan apapun. 2. Materi (uang, gengsi, dll) Pengerahan massa yang berbasiskan materi (tidak harus berbentuk uang tunai, bisa beasiswa, rokok, dll) sangat mudah terpatahkan. Jangankan oleh tekanan pihak-pihak tertentu, menghadapi terik matahari pun mereka akan kendor. Memiliki 3 Aspek : 1. Persuasi –> untuk pemerintah, penguasa (pihak terkait) Menyampaikan aspirasi dan koreksi atas peraturan (UU/berbagai produk hukum) untuk kepentingan umum yang berkeadilan dan berkesejahteraan, perlawanan atas penguasa yang tiranik dan hegemonik. 2. Edukasi –> untuk publik, rakyat Mencerdaskan rakyat Indonesia seutuhnya dan seluruhnya. Menjembatani arus informasi antara rakyat dan penguasa secara lebih adil, berimbang dan terbuka. 3. Konsolidasi –> untuk internal gerakan, penguatan ideologis Penguatan ideologi, pemikiran, pemahaman, cara pandang, pola pikir, nalar kritis dan analisis secara komunal (ikatan, kedaerahan, bangsa). Faktor yang MELEMAHKAN Demonstrasi : 1. Faktor internal (front, ikatan, himpunan, dll) - Peserta aksi tidak serius (SEKALI LAGI, Unjukrasa TIDAK SAMA dengan PAWAI) - Peserta aksi tidak solid - Korlap kurang menguasai keadaan, hingga massa aksi tercerai berai dan kurang khidmat - Peserta aksi Clometan 2. Faktor publik - Kepercayaan publik lemah. (misal: SEKALI SAJA IMM di-Cap/terlabeli oleh publik/wartawan/aparat sebagai organ gerakan yang tidak serius memperjuangkan aspirasi rakyat, maka SELAMA-LAMA-LAMA-LAMAnya aksi-aksi IMM hanya akan dianggap angin lalu dan pesertanya pun hanya akan dianggap sampah. Camkan ini baik-baik kawan….!!) 3. Faktor pemerintah/penguasa - Kepercayaan lemah (ingat, Kredibilitas komunitas kita sangat mahal harganya!) Komponen Demonstrasi : 1. Penanggung jawab Ketua Umum atau pimpinan organisasi 2. Korlap (Koordinator lapangan) Yang dipilih dan kompeten. Menguasai isu. Dipercaya oleh anggota organisasi/peserta aksi 3. Agitator Berada di tengah-tengah/samping atau manapun dibarisan untuk terus memberikan semangat pada peserta aksi. Namun, harus selaras dengan komando ataupun kata-kata korlap. Jadi, tidak bersifat clometan. (INGAT, MATA PUBLIK sedang memperhatikan anda melalui mata kamera, TELINGA PUBLIK sedang mendengarkan ucapan anda melalui pena wartawan). Agitator diharapkan mampu meredam aksi yang tak terkendali. Begitupula membakar semangat peserta aksi jika massa aksi telah mulai lemah. 4. Aster (asisten teritori) Antisipasi penyusup dan mengatur arus lalu lintas. Jadi, aster tidak diperkenankan memegang logistik. Ex: bendera, dll. 5. Logistik Bendera secukupnya (jangan norak), pengeras seimbang dengan kuantitas massa aksi, media (poster, pamlet, brosur, dll), dokumentasi, pernyataan sikap, konsumsi, dsb. 6. Keamanan dan kesehatan Catatan : Orator tidak perlu ditentukan sebelumnya. Tapi kita dorong penuh semua peserta aksi mampu berorasi. Dengan catatan sesuai dengan isu aksi dan materi yang telah didiskusikan sebelumnya Pertimbangan aksi : 1. Manajemen isu 2. Waktu (jam/hari/tanggal) 3. Blow up media 4. Perijinan (sesuai UU, 2x24 jam sebelum aksi, tapi jika mendesak bisa diusahakan) 5. Disajikan menarik perhatian. (jika perlu ada aksi teatrikal, logistik pendukung semacam keranda, berpakaian pocong, dsb.) Saran : Kawan, jangan pernah ajari kader-kader kita dengan simulasi UNJUKRASA. Karena unjukrasa adalah urusan ideologis bukan sekedar aktivitas fisik. Dan bukan aktivitas yang harus dihafalkan secara teknis. Karena teknis di lapangan bisa berkembang dan berubah-ubah secara kondisional. Ajarilah mereka menyelami ide-ide Al-ma’un Ahmad Dahlan, gagasan aksi massa Ali sharia’ti konsep aksi massanya Marx, konsep gerakan rakyatnya Soekarno, dsb. Tidak ada sejarah jika Soekarno dan Hatta pernah belajar memproklamasikan sebuah negara sebelumnya, tapi secara ideologi dia mengasah diri di Studies Club Sekolah Teknik Bandung. Gerakan mahasiswa tahun 65, malari, ’78, ’85, ’93 dan puncaknya ’98 pun tidak pernah mereka pelajari secara teknis seperti halnya simulasi Demo dsb. Tapi mereka mengasah otak untuk terus menganalisis keadaan dan terus bernalar kritis. Itu saja! Abadi perjuangan, perjuangan Abadi!!! Fastabiqul Khairat!!! Oleh : fahrudin_romadhona@yahoo.com (Kabid Hikmah IMM KoTA ’06,DPM Fisip Univ.Jember ’05, Kabid Hikmah PC PM Sumbersari ’09) http://immkota-unej.blogspot.com/2009/12/berkenalan-dengan-si-demonstrasi.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun