Mohon tunggu...
Immanuella Devina
Immanuella Devina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, UAJY

Communers'19 be a voice, not an echo.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Little Women" (2019): Perempuan, Kebebasan, dan Kasih Sayang

5 November 2021   23:15 Diperbarui: 5 November 2021   23:32 7563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jo bertengkar dengan Laurie. Sumber: IMDb

Little Women (2019) memberikan inspirasi untuk perempuan di era modern ini untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan. 

**) Pastikan anda sudah menonton film untuk menghindari spoiler

Little Women (2019) adalah film drama adaptasi dari  novel klasik karya Louisa May Alcott tahun 1868 dengan judul yang sama. Film ini mengisahkan empat perempuan March bersaudara yang bertekad untuk hidup dengan caranya sendiri. 

Pada film ini, kita akan melihat anak pertama yaitu Meg March yang berjuang merawat keluarga. Lalu, Beth March yang mencintai musik dan memiliki masalah kesehatan. Amy March yang ingin menjadi seorang seniman dan  Jo March yang berusaha menjadi penulis.  

Film yang digarap oleh penulis dan sutradara, Greta Gerwig ini mendapatkan banyak pujian karena mampu menceritakan kembali isi novel namun tetap relevan untuk perempuan  dan aktivis feminisme di era modern ini. 

Terdapat banyak isu yang diperbincangkan tentang tantangan yang dihadapi perempuan dalam film ini. 

Realitas Perempuan di Little Women (2019)

Little Women (2019) memiliki latar belakang pada Perang Sipil Amerika Serikat tahun 1800-an. Keempat bersaudara tersebut memiliki rumah sederhana di Massachusetts. Pada masa itu, masyarakat masih menerapkan gaya klasik baik itu dari cara berpikir, berpakaian, alat transportasi, dan lain-lain. 

Konsep dan sistem sosial saat itu  dipertanyakan oleh keempat bersaudara, khususnya Jo March. Saat Jo pergi ke rumah Bibi March, Jo mendapatkan peringatan untuk bisa berperilaku baik agar bisa menikah dengan orang kaya untuk hidup dengan lebih baik. 

Namun, Jo menolak karena ia percaya akan hidup dan menentukan jalannya sendiri. Hal ini tentu terdengar asing bagi si Bibi yang lebih percaya bahwa seorang perempuan tidak bisa menentukan jalannya sendiri, tidak semuanya. 

Penolakan Jo akan nasihat sang Bibi merupakan contoh dari feminisme Marxis dan Sosialis. 

Bentuk feminis ini memberikan penekanan bahwa perempuan tidak harus berada di lingkup rumah tangga seperti menjadi seorang istri, merawat anak-anak, tetapi juga mendapatkan kesempatan untuk bekerja di tempat kerja (Tong dalam Dwi & Medina, 2020). 

Selain itu, situasi yang sama dialami oleh Amy March dalam percakapannya dengan Theodore Laurie Laurence di Eropa. Amy hampir menyerah akan mimpinya menjadi seorang seniman dan memanfaatkan peran yang sudah ada dari masyarakat, yaitu menjadi seorang istri. 

Amy dan Laurie. Sumber: IMDb
Amy dan Laurie. Sumber: IMDb

"Polish up on my other talents and become an ornament to society..." - Amy March 

Amy menjelaskan bahwa pernikahan hanyalah sebuah penawaran posisi dalam ekonomi. Saat seorang memilih untuk menikah, maka mereka harus mendedikasikan seluruh hidupnya untuk keluarganya. 

Walaupun seorang wanita memiliki uang, uang tersebut adalah milik suami mereka. Lalu, jika mereka memiliki anak, anak tersebut akan menjadi milik mereka. Segala hal yang berasal dari perempuan akan menjadi properti laki-laki semata. 

Kondisi ini selaras dengan ide dari para kritikus feminis. Literatur dan budaya menggambarkan perempuan yang lemah, tidak mampu, dan hanya memiliki kemampuan seputar urusan rumah tangga. tujuan hidup mereka adalah menjadi partner laki-laki (Ryan, 2012).

 Idealisme Jo March sebagai Wujud Feminisme 

Jo March. Sumber: usatodayILSON WEB
Jo March. Sumber: usatodayILSON WEB

Little Women (2019) bisa dikatakan lebih banyak fokus terhadap perspektif Jo terhadap dunia sekitarnya. Dalam hidupnya, Jo merasa seorang perempuan tidak harus bergantung dengan laki-laki. 

Jo menganggap bahwa seorang perempuan tidak harus menikah dan tidak harus memiliki anak. Tidak sampai di situ,  Jo March bahkan menyatakan bahwa menjadi seorang istri adalah hal yang terburuk bagi seorang perempuan. 

Hal ini dapat kita lihat pada scene persiapan pernikahan Meg dan John Brooke. Jo mengatakan bahwa Meg bisa menjadi seorang aktris dibandingkan menikah dengan Brooke. Jo bahkan mengajak Meg untuk kabur yang tentu saja ditolak oleh kakak pertamanya itu.  

Hal yang sama juga terlihat saat Jo menolak pernyataan cinta dari teman masa kecilnya, Laurie. 

Jo bertengkar dengan Laurie. Sumber: IMDb
Jo bertengkar dengan Laurie. Sumber: IMDb

Idealisme dari Jo ini hampir menyerupai pemahaman feminisme radikal libertarian. Tong (2018, h. 46) menjelaskan feminisme radikal libertarian ingin menghapus peran perempuan seperti menjadi seorang ibu, partner seksual, dan lain sebagainya. Perempuan bisa memiliki sifat feminim dan maskulin. 

Jo sendiri memilih menjadi seorang penulis. Pekerjaan yang pada masa itu masih didominasi oleh laki-laki. Karyanya sudah berkali-kali ditolak oleh pihak penerbit dan kritikus. Bahkan ketika karyanya akan dipublikasikan, pihak penerbit, Mr. Dashwood memberikan tawaran royalti yang rendah untuknya. 

Perempuan dan Kasih Sayang 

Di balik tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh keempat bersaudara. Film ini mengingatkan kita kembali tentang bagaimana kehadiran kita dapat mengisi kekosongan di hati orang lain. 

Sejak meninggalnya Beth March, Jo mulai menyadari betapa kesepian dirinya. Ia selalu menolak orang lain (khususnya laki-laki) untuk membantu dirinya. 

Hal ini ia refleksikan kepada ibunya bahwa cinta dari seorang laki-laki bukanlah satu-satunya yang dibutuhkan oleh perempuan. Hal ini karena perempuan memiliki jiwa, raga, dan pikiran yang dapat membantu mereka melakukan apa pun. 

Selain itu, film ini menunjukkan bahwa tidak ada peran perempuan yang salah. Mereka bisa menjadi apapun yang mereka mau. Perempuan boleh membentuk keluarga seperti Meg atau menjadi pribadi independen seperti Jo, atau menjadi seorang artis dan juga memiliki teman hidup seperti Amy dan Laurie. 

Akhirnya, Jo mewujudkan impiannya akan kesempatan yang sama dengan mendirikan sebuah sekolah bagi anak perempuan dan laki-laki. 

Kisah Little Women (2019) sungguh sederhana namun tetap menunjukkan tantangan perempuan dalam meningkatkan kualitas hidup mereka. 

Bagaimana menurut anda?

Daftar Pustaka

Dewi, N. & Medina, T. I. (2020). Feminism Portrayed In Greta Gerwig's Movie Little Women; Analysis in Modern Era. Journal of English Education, 6 (2). 104-116 https://journal.upp.ac.id/index.php/JEE/article/view/622

Tong, Rosemarie. (2018). Feminist Thought: A More Comprehensive Introduction. 10.4324/9780429493836.  

Ryan, Michael. (2012). An Introduction to Criticism: Literature-Film-Culture. West Sussex: Wiley Global Research. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun