Kuliah strata satu bisa dibilang gampang-gampang susah. Gampangnya dua kali, susahnya sekali. Mengapa saya katakan demikian? Gampang, karena tugas-tugas dalam jenjang S1 lebih banyak yang dikerjakan secara berkelompok. Cukup satu atau dua yang mengerjakan, lainnya ikut nebeng nama. Itu sudah menjadi hal yang lumrah. Lalu susahnya di mana? Tentu saja tugas akhir yang akan menjadi penentuan lulus atau tidak. Skripsi.
Kuliah duduk selama enam semester ditambah pengabdian masyarakat selama satu semester, tidak akan membuatmu menyandang gelar sarjana jika kamu tidak bisa menyelesaikan skripsi. Ketika kita harus mencari permasalahan sendiri, mencari metode yang pas, melakukan penelitian, lalu membuat laporannya sendiri. Tiba-tiba kepala terasa mulai berputar tidak karuan. Aduh, kemana teori yang sudah dipelajari sekian semester?
Menurut pengalaman saya, mengerjakan skripsi juga gampang-gampang susah. Setidaknya, ada 4 hal yang bisa mempengaruhi apakah nantinya skripsimu berjalan dengan lancar atau justru memar.
Pertama: Judul
Hal pertama yang harus dilakukan dalam penyusunan skripsi adalah mencari judul. Kelihatannya mudah. Apa susahnya mencari judul? Tapi nyatanya tidak segampang itu. Judul yang diambil bisa menentukan apakah nantinya skripsi kita mudah dikerjakan atau justru sulitnya tidak karuan.
Menentukan judul tidak boleh sembarangan. Amati keadaan di sekitarmu. Lalu cari permasalahan yang sekiranya berhubungan dengan jurusan yang kamu ambil. Tentukan pula metode penelitian yang akan kamu gunakan, karena berbeda metode, terkadang berbeda juga diksi dalam judul yang diambil.
Pastikan kamu paham masalah apa yang akan kamu teliti dan bagaimana cara penelitiannya. Kalau langkah ini sudah dipikirkan sejak awal, ke belakang pengerjaan skripsi akan lebih mudah. Satu lagi, pastikan judul yang kamu ambil unik, atau setidaknya kalau judulnya hampir sama, belum ada yang mengambil objek penelitian yang sama.
Kedua: Referensi
Hal yang menentukan apakah skripsimu berjalan lancar atau memar selanjutnya adalah soal referensi atau bahan rujukan. Ini bisa menjadi masalah besar ketika judul sudah ACC, tapi ketika mengerjakan skripsi ternyata buku referensinya susah didapatkan. Pastinya kita akan kebingungan. Kita tidak bisa mengarang skripsi seperti mengarang novel. Harus ada rujukan yang pasti. Entah berupa buku, jurnal, ebook, majalah, artikel, atau yang lainnya.
Ketiga: Inspirasi
Nah, judul sudah didapatkan. Sempro sudah dilakukan. Tinggal melakukan penelitian dan penyusunan skripsi. Tapi inspirasi kok tidak mau datang. Ini permasalahan sebagian besar anak kuliah. Sudah satu jam standby di depan laptop, tapi tidak juga mulai mengetik. Bingung harus mulai menulis dari mana. Tiba-tiba ada panggilan telepon atau saudara main ke rumah, hilang sudah apa yang mau ditulis.
Saya juga terkadang demikian. Tapi saya bertekad bahwa setiap hari saya harus menulis skripsi walaupun hanya satu atau dua halaman. Biasanya, satu jam menulis skripsi, tiga jam nonton drakor. Jangan ditiru ya. Setidaknya setiap hari saya harus menengok skripsi. Supaya tidak lupa. Saya ikut pepatah Jawa saja. Alon-alon penting kelakon. Yang pasti, kalau judul yang diambil mudah, bahan referensinya pun mudah, tetap tidak akan selesai jika tidak ada kemauan dari kita untuk mengerjakan.
Keempat: Dosen Pembimbing/Dosbing
Ini yang paling ribet dan kadang menjengkelkan. Beja-beji kalau bahasanya orang Jawa. Syukur kalau dapat dosbing yang sabar, setia membimbing, dan mudah untuk ditemui. Bagaimana kalau dapat dosbing yang sebaliknya? Sudah terkenal killer, perfeksionis, susah ditemui pula. Sediakan saja banyak stok sabar.