Mohon tunggu...
Imla Qolbi
Imla Qolbi Mohon Tunggu... Freelancer - Rakyat biasa

Membaca adalah caraku melihat dunia. Menulis adalah caraku mengabadikan peristiwa. Rumah lain di dunia maya ada di https://www.imlaqolbi.my.id/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Xaviera Putri, Kisah Pelajar Muslim di Korea

31 Juli 2022   05:53 Diperbarui: 31 Juli 2022   05:55 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: liputan6.com

Korea Selatan adalah salah satu negara di benua Asia yang cukup maju di mata internasional. Hal ini bisa dilihat dari kota Seoul yang menjadi pusat kehidupan Korea dengan segala kecanggihan fasilitasnya. Maka tidak heran, banyak pelajar asing yang ingin menimba ilmu di negeri gingseng ini, termasuk pelajar dari Indonesia.

Seperti yang sudah diketahui, mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam, sedangkan Korea tidak. Lalu, apa jadinya jika seorang pelajar muslim dari Indonesia tinggal di Korea? Bagaimana kehidupan mereka di sana? Apakah mereka juga mengalami kejadian rasis seperti di film-film? Dalam podcast-nya, Jang Hansol menjawab pertanyaan ini bersama Xaviera Putri.

Menggunakan Hijab di Korea dan Culture Shock

Xaviera Putri adalah seorang pelajar muslim dari Indonesia yang memilih melanjutkan studi di Korea Selatan. Gadis berhijab ini sudah lima tahun tinggal di Korea, sejak dirinya masih SMA (Sekolah Menengah Atas), hingga melanjutkan kuliah. Hijab, sesuatu yang asing di mata penduduk asli Korea, nyatanya tidak membuatnya mendapat perlakuan rasis.

Memang benar kalau awal-awal Xaviera di sekolah, dia menjadi pusat perhatian karena hijab yang dikenakan. Hal itu tentu saja wajar karena di sekolahnya hanya dia sendiri yang memakai hijab. Namun, pandangan teman-temannya lebih ke arah keingintahuan, sehingga dia sering mendapat pertanyaan aneh, seperti "Kamu kalau tidur pakai hijab juga nggak?" atau "Kamu juga nunduk ya?" (nunduk maksudnya salat), dan bukan ke arah menjelekkan atau mengintimidasi.

Tentu saja ada rasa ketidaknyamanan ketika dirinya menjadi pusat perhatian. Namun, hanya sebatas itu, hingga dia bisa menerima bahwa dia memang hidup sebagai orang yang berbeda di negara asing. Justru kesulitan yang dialaminya adalah karena perbedaan budaya.

Culture shock pasti dialami oleh muslim yang tidak pernah tinggal di negara yang mayoritas non muslim. Perbedaan budaya antara Indonesia dan Korea memang cukup mencolok, misalnya budaya minum di Korea. Jadi, untuk mengakrabkan diri dengan teman-teman, biasanya mereka nongkrongnya di tempat minum (minum alkohol). Sedangkan Xaviera sendiri tidak minum alkohol. Untungnya, teman-temannya tidak memaksanya untuk minum. Lucunya, ketika teman-temannya mabuk, hanya Xaviera yang masih waras, dan dia akan mendapati tingkah aneh teman-temannya saat mabuk hingga mengundang gelak tawa.

Apakah Korea Negara yang Aman untuk Pelajar Asing?

Menurut pengalaman Xaviera, iya. Dirinya tinggal sendiri di Korea sejak masih SMA hingga kuliah. Untuk beribadah, Xaviera tetap bisa menjalankannya walau di sana tidak disediakan tempat khusus untuk salat. Xaviera biasa salat di asrama atau ruangan kecil di auditorium sekolah. Hijab juga bukan masalah. Dia tidak pernah mengalami hal-hal berbahaya karena agama atau hijabnya.

Ketika pulang malam pun tidak berbahaya, selama dia melewati jalan yang tidak gelap. Yang berbahaya adalah ketika bertemu dengan ahjussi yang sedang mabuk. Hanya saja, yang menjadi catatan Xaviera adalah bahwa di Korea itu pelajarnya seperti terlalu nge-push dalam belajar. Tentu saja, suasana belajar di Korea itu membuat siswa semakin produktif, tapi kalau terlalu berlebihan akan berdampak pada kesehatan mentalnya. Hal ini pun bisa dimengerti karena Korea tidak bisa mengandalkan SDA (Sumber Daya Alam), maka SDM-nya harus berlomba-lomba untuk mencapai kesuksesan, sehingga tekanan hidup di Korea memang cukup besar. 

Jadi, itulah sekelumit kisah pelajar muslim yang tinggal di Korea. Ada tantangan tersendiri bagi seorang muslim ketika tinggal di negara yang dirinya menjadi minoritas. Namun, jika dijalani dengan senang hati, akan menjadi sebuah pengalaman yang seru juga menambah wawasan lebih luas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun