Bagi para perokok tampaknya mesti mulai menyesuaikan diri dengan penampilan kotak rokok yang berubah sejak beberapa waktu lalu.
Penampilan kotak rokok terdahulu hanya menampilkan gambar atau logo yang terkait dengan perusahaan ataupun trade mark, brand, disertai peringatan (warning) akibat bagi pengisap rokok. Penampilan kotak rokok yang baru adalah yang disertai dengan foto-foto akibat dari mengisap rokok, yang visualnya cukup membuat ngeri yang melihatnya.
Tapi dengan penampilan kotak rokok yang baru itu lantas membuat para perokok menjadi ciut nyalinya untuk mengisap rokok?
Jawabannya bisa iya, mungkin juga tidak. Bisa saja para perokok cuma berhenti pada kengerian sebentar (sementara) saat melihat foto.
Perihal penampilan kotak rokok yang disertai visualisasi akibat mengonsumsi rokok tersebut, sudah dilakukan terlebih dulu oleh banyak negara sebelum Indonesia melakukannya. Nyatanya para perokok yang suka mengisap rokok import tetap saja bergeming.
Terkait kotak rokok penampilan baru ini, tak sedikit dari para perokok yang menghindari membelinya. Mereka mencari rokok stok terdahulu yang masih belum bergambar akibat dari mengisap rokok. Tapi tak sedikit yang tetap membelinya, namun kemudian melepas atau mengoyak foto/gambar yang cukup membuat ngeri itu.
Ada pula dari para perokok yang berlaku acuh dan berpendapat, ia telah merokok bukan baru-baru saja, tapi sudah puluhan tahun. Sehingga apapun bentuk penampilan kotak rokok, tak ada pengaruh baginya.
Rokok memang tampaknya hampir tak bisa dipisahkan dari kebanyakan orang Indonesia. Aktivitas merokok ini ditemukan di seluruh tempat, sehingga ada yang berpendapat Indonesia sebagai surga bagi para perokok. Bahkan seorang tokoh negeri ini dalam satu fotonya berpenampilan sambil merokok, kita tentu kenal Chairil Anwar, seorang Penyair negeri ini dengan puisinya yang sangat terkenal berjudul "Aku".
Yah, Aku. Antara judul puisi Aku dengan para perokok, bisa saja ada keterkaitan secara emosional; egoisme untuk mempertahankan kebiasaan tanpa peduli dengan akibat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H