Sebut saja namanya Dul. Kenalanku ini adalah seorang pria lajang yang belum pernah menikah, berumur hampir 40 tahun. Dul bekerja serabutan, dan tinggal sendiri di rumah kos yang tak seberapa luas.
Sebetulnya penampilan Dul tak terlalu aneh dibanding orang kebanyakan, biasa-biasa saja. Yang aneh dari Dul adalah keisengannya yang kupikir langka. Entahlah, mungkin lebih tepat keisengan Dul itu merupakan semacam penyakit kejiwaan.
Di kamarnya Dul menyimpan sebuah manekin (patung untuk pamer busana) berjenis wanita. Manekin wanita itu ia perlakukan seperti halnya benda hidup; diberi busana lengkap dan di-make up. Rambut manekin itu pun sudah beberapa kali berganti warna mengikuti mode, yang tentu saja tergantung mood dan selera Dul.
Dul lebih suka memeluk manekin wanita yang ia beri nama Susi, dan ia akui sebagai istrinya itu daripada memeluk guling saat tidur.
Ada satu lagi yang menjadi keisengan aneh si Dul, yakni Dul sangat suka mengintip para wanita yang buang air di WC atau toilet umum yang tak seberapa jauh dari tempat kos-nya.
Dul rela merogoh koceknya untuk masuk ke ruang toilet umum, berlagak seperti orang yang juga sedang kebelet buang air. Padahal di dalam ruamg toilet tersebut Dul sedang mengintip wanita yang menjadi incarannya melalui lubang yang memang sudah ia bikin sebelumnya.
Biasanya sehabis mengintip "korbannya", muka Dul tampak berseri seolah puas telah menyalurkan keisengannya.
Suatu kali aku pernah menanyakan perihal keisengannya tersebut. Menurut Dul, dengan mengintip dan melihat alat genital wanita itu, ia merasa puas, dan ia bisa berhalusinasi dengan manekin wanita simpanannya di kamar. Kalau sudah begitu, maka aksi Dul selanjutnya melakukan onani karena hasrat biologisnya tak bisa ia salurkan secara normal. Kalaupun Dul ingin menyalurkan hasrat biologisnya secara normal, ia mesti menabung untuk beberapa hari sebelum menyalurkannya ke PSK.
Untuk menyalurkan keisengannya mengintip para wanita didalam toilet, tak jarang Dul minta duit ke aku untuk bayar masuk tolilet, tak banyak memang, cuma seribu perak.
"Kenapa tak menabung untuk nikah saja ?" tanyaku ke Dul.
"Enakan seperti ini aja. Kalo nikah repot mesti kasih makan, apalagi kalo sampai punya anak, maka ongkosnya tambah banyak pula. Lagian siapa juga yang mau sama aku," dalih Dul.
Dul tampaknya sangat menikmati hidup dengan keisengannya itu, yang bagi banyak orang tergolong aneh, bahkan mungkin ada yang menilai otak Dul sudah miring alias gila. Tapi ternyata orang seperti Dul itu memang ada, dan nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H