Perjalanan pagi itu dari Johor menuju Kuala Lumpur (KL) menaiki 'Bas Persiaran' bersama rombongan, kebetulan Saya dapat tempat duduk paling depan sebelah kiri 'Pemandu'. Dengan demikian Saya jadi leluasa menikmati suasana kanan kiri sepanjang jalan perjalanan yang cukup menyita waktu itu.
Sepanjang jalan Saya berusaha untuk tidak tidur. Karena pikir Saya kapan lagi bisa menikmati suasana perjalanan di luar negara sendiri. Selain melihat gedung-gedung dan pemukiman warga di Negeri Jiran itu, tentu saja yang lebih banyak Saya lihat adalah kendaraan bermotor terutama mobil di sepanjang perjalanan.
Mulanya Saya pikir di Malaysia warganya kebanyakan menggunakan mobil merk Daihatsu Sirion seperti variannya terdapat dan digunakan di Indonesia. Saya jadi penasaran untuk lebih cermat memperhatikan detil mobil yang sudah tak terhitung jumlahnya beriringan ataupun berlawanan arah dengan bis yang Saya tumpangi.
Rasa penasaran Saya akhirnya dapat terjawab juga ketika bis mampir ke restoran di daerah bernama Seremban untuk mempersilakan para penumpang makan siang. Kebetulan mobil yang membuat Saya penasaran itu terdapat beberapa unit sedang ikut parkir di sekitar restoran yang kami singgahi.
Dengan masih penasaran saya mendekati mobil yang Saya kira Daihatsu Sirion tersebut. Olala.....ternyata mobil itu bukan Daihatsu Sirion. Bukan logo Daihatsu yang menempel di mobil itu, tapi logo Perodua yang belakangan Saya ketahui memiliki kepanjangan Perusahaan Otomotif Kedua, merk Malaysia setelah merk terdahulu lainnya Proton.
Hingga kemudian Saya tiba di KL, yang banyak Saya lihat adalah mobil merk Perodua selain merk Proton yang bersileweran diantara mobil-mobil merk Eropa, Jepang dan Korea Selatan. Saya pikir betapa orang Malaysia bisa berbangga dan yang tak kalah pentingnya mereka bangga menggunakan merk sendiri.
Di pembaringan di hotel dimana Saya menginap, Saya memejamkan mata, menerawang menghayalkan andai mobil merk Esemka berada diantara mobil-mobil yang bersileweran di jalanan Malaysia. Karena Saya pun tahu di Indonesia terdapat merk Proton yang ikut berseliweran di jalan-jalan di Indonesia.
Kalah langkah, kalah cepat, keduluan. Itulah jika Saya membuat kesimpulan terkait bidang otomotif antara Indonesia dengan Malaysia. Mobil Nasional bermerk Indonesia Saya pikir cuma tingga wacana, cuma gembar gembor kosong belaka, pencitraan, termasuk untuk pencitraan Joko Widodo saat masih menjabat Walikota Solo.
Kemana kini mobil merk Esemka karya anak negeri itu ? Ayo buatlah kami bangga seperti orang Malaysia mumpung pak Joko Widodo kini telah duduk di kursi Presiden. Setidaknya mobil merk negeri sendiri menguasai jalan-jalan di negeri ini dulu. Atau mobil merk Esemka sedang menunggu waktu beberapa tahun lagi untuk tampil sebagai objek pencitraan calon pemimpin negeri ini lainnya untuk kemudian kembali dilupakan (?)
Ternyata di Malaysia tak cuma terdapat mobil merk Proton dan Perodua, juga terdapat sepeda motor merk Negeri Jiran itu, yakni merk Modenas dan Demak. Merk terakhir ini Saya pastikan bukan berasal dari satu daerah di Jawa Tengah.
Dan belakangan pun Saya tahu, mobil merk Perodua tersebut merupakan produk dari Daihatsu yang dipasarkan di Malaysia dengan berbagai varian yang kebanyakan bentuknya sangat mirip dengan Daihatsu Sirion di Indonesia. Bedanya di Indonesia tetap bermerk Daihatsu, sedangkan di Malaysia sama sekali tak ada embel-embel Daihatsu sedikitpun. Dari sini bisa Kita ketahui bahwa rasa kebangsaan Malaysia lebih maju beberapa langkah daripada Indonesia.