Dulu sebelum ada gadget berupa telpon genggam, kala kita sendiri misalnya sedang menunggu sesuatu, atau memang lagi tak pekerjaan, merenung; mungkin saja bagi yang perokok tentu aktivitasnya mengisap rokok untuk membunuh kebosanan. Atau bagi yang hobi membaca, tentu asyik dengan bacaan di tangan, ada pula yang daripada bingung; mencabut janggut dengan jari, ini tentu dilakukan oleh pria, entah kalau yang wanita.
Ketika telpon genggam masih berfungsi cuma untuk menelpon dan mengirim pesan, penggunanya paling-paling cuma bisa saling berkirim pesan untuk membunuh kebosanan dalam menunggu sesuatu atau saat sedang tak ada aktivitas.
Di era dimana telpon genggang sudah melompat jauh menjadi telpon cerdas, fungsinya pun bisa untuk berbagai macam keperluan. Telpon genggam cerdas sudah multifungsi, tak lagi cuma untuk tugas-tugas standar yang konvensional.
Dengan telpon genggam cerdas di tangan, pengguna tampaknya sudah tak memperdulikan kebosanan dalam menunggu sesuatu. Waktu sudah banyak berguna daripada sekedar duduk diam bingung tak ada aktivitas.
Telpon genggam tak bisa dipungkiri nyaris tak bisa dipisahkan dengan manusia di era modern ini. Telpon genggam yang sudah berevolusi menjadi telpon cerdas sudah mengambil alih fungsi asisten, sudah mengambil alih banyak tugas yang dulunya memerlukan banyak tangan dan menghabiskan banyak waktu untuk melakukannya. Bahkan tak sedikit orang yang sudah sangat ketergantungan kepada telpon genggam cerdas, menjadi phonephobia; was-was, khawatir, cemas, tak percaya diri jika tak bersama telpon genggam cerdas. Benda ini bisa menjadi lebih penting dari seorang pacar, kekasih, bahkan istri sekalipun.
Tak sedikit orang yang akan mencari telpon genggam cerdas ketika bangun dari tidur, juga tak sedikit yang membawa alat ini turut serta ke dalam toilet saat buang hajat sambil menggunakan benda ini.
Dunia menjadi terasa sempit dengan keberadaan benda yang sekepalan tangan ini. Jarak pun seperti tanpa batas ruang dan waktu karena multifungsi benda ini. Jangan salahkan benda kecil ini jika ia yang menjadi pertama dan utama sebelum kita memerlukan yang lainnya. Ini karena ketergantungan kita kepada benda ini. Dan benda ini terus dan terus berevolusi ke tingkat penggunaan lainnya untuk memenuhi kebutuhan para penggunanya. Phonephobia tampaknya akan semakin banyak menghinggapi manusia modern nantinya.
Telpon genggam harganya tidak lagi semahal ketika awal-awal kemunculannya. Merk pun sudah tak lagi dikuasai oleh beberapa merk vendor, sebut saja merk dari vendor era awal seperti; Ericsson, Nokia, Siemens, Philips, Motorola, Alcatel, Sony, dan Panasonic. Kini merk tersebut sudah tinggal beberapa yang masih bertahan di Indonesia, mungkin saja masih eksis di negara asalnya. Yang jelas kini merk vendor merajai telpi. genggam cerdas sudah berubah drastis dengan kehadiran Samsung, iPhone dan Blackberry. Tiga merk vendor ini yang paling banyak disebut dan diminati oleh pengguna meski tak sedikit merk vendor lainnya yang berderet berada di belakang ketiga merk tersebut. Tiga merk telpi. genggam cerdas tersebut pun seperti mewakili status sosial para penggunanya.
Banyaknya vendor telpon genggam cerdas yang ikut berkompetisi, menjadikan tiap vendor pun saling intip dan saling salip dalam hal teknologi. Banyaknya vendor pun membuat harga telpon genggang cerdas semakin kompetitif dan murah. Mereka berlomba menciptakan gadget yang semakin canggih dengan harga terjangkau oleh segala strata sosial. Kalau sudah begini, maka yang diuntungkan dan dimanjakan adalah para konsumen pengguna. Sebagai konsumen pengguna kita pun tentu berharap akan mendapatkan gadget canggih dengan harga semurah-murahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H