Sampai disini si PT berhenti menanyai, saya disuruh duduk. Ia berjalan mendekati Wali Kelas yang sedari tadi duduk dan diam menyimak. Si PT kemudian bercakap sambil berbisik ke Wali Kelas yang manggut-manggut. Entah apa yang mereka percakapkan, yang penting perasaan saya sudah lega seusai menjawab pertanyaan.
Menghabiskan waktu cukup lama untuk melakukan tanya jawab dengan lebih dari 50 murid. Murid kelas kami berhamburan keluar setelah usai tanya jawab dengan murid terakhir yang namanya berinisial Z. Si PT berpamitan ke Wali Kelas dan seluruh murid. Ia pun langsung pergi dengan mengendarai sepeda motor dinasnya.
Saya yang sejak di ruang kelas menahan haus dan lapar, berjalan menuju kantin di belakang sekolah. Tapi langkah saya tertahan oleh Wali Kelas yang meminta saya untuk segera mengikutinya ke kantor sekolah. Saya pun terpaksa menunda keinginan ke kantin.
Di kantor sekolah, saya didamprat ole Wali Kelas terkait jawaban saya di kelas tadi. Saya dianggap memalukan nama sekolah. Dan menurut si PT yang ia sampaikan kepada Wali Kelas kami, saya perlu dibina dan dibimbing menyangkut ideologi. Pembelaan saya terhadap masalah ini adalah, saya katakan kepada Wali Kelas, tugas saya di sekolah hanya belajar ilmu untuk bekal kelak bagi masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H