Mohon tunggu...
Imi Suryaputera™
Imi Suryaputera™ Mohon Tunggu... Administrasi - Jurnalis, Penulis, Blogger

Pria, orang kampung biasa, Pendidikan S-3 (Sekolah Serba Sedikit)\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

UMP Penyebab Unjuk Rasa Buruh

3 Desember 2013   17:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:22 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada perasaan jengkel ketika menonton tsyangan di tipi terkait demo buruh di Kabupaten Serang yang menuntut kenaikan Upah Minimum Propinsi (UMP) dari Rp 2,4 juta menjadi Rp 2,6 juta.
Jengkel karena mengingat UMP Kalimantan Selatan di wilayah tempat tinggalku, UMP cuma Rp 1.337.500. Padahal harga berbagai kebutuhan di daerah saya jauh lebih mahal jika dibandingkan jika hidup di Propinsi Banten.

Contoh saja, harga seliter minyak tanah di daerah saya paling murah dijual di eceran Rp 8.500, lebih mahal daripada harga seliter premium (bensin) yang dijual seharga Rp 8.000.
Harga-harga barang kebutuhan lainnya, jangan ditanya, dijual hampir dua kali lipat dari yang dijual di pulau jawa. Sewa kontrak rumah juga mahal, biaya transportasi mahal, tapi UMP justru kecil. Saya heran indikator apa yang dijadikan untuk menentukan jumlah besaran UMP.

Buruh makin genit.

Saya katakan saja perilaku para buruh kini terutama di pulau jawa, mereka genit, sedikit-sedikit demo, unjuk rasa, sementaratak sedikit yang pasrah menerima saja UMP yang jauh lebih kecil. Padahal menurut saya, selain para profesional (white collar), bukankah buruh juga, termasuk juga para PNS. Makanya para guru pun ikut-ikutan unjuk rasa. Mereka sudah melupakan predikat sebagai pahlawan tanpa jasa.

Saya hanya bisa berharap jangan sampai para buruh di tiap daerah ikut-ikutan unjuk rasa menuntut kenaikan UMP dengan dalih agar dapat hidup layak, bisa punya tabungan tiap bulan untuk masa depan. Dapat kita bayangkan apa yang terjadi jika para buruh di seluruh Indonesia serentak unjuk rasa dalam waktu bersamaan, ada yang anarkis pula misalnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun