Mohon tunggu...
Imi Suryaputera™
Imi Suryaputera™ Mohon Tunggu... Administrasi - Jurnalis, Penulis, Blogger

Pria, orang kampung biasa, Pendidikan S-3 (Sekolah Serba Sedikit)\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cari Duit dari Minta Sumbangan dan Mengemis

31 Juli 2012   08:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:24 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tak jarang ulah para peminta sumbangan membuat jengkel. Yang datang dan ditemui hanya orang-orang yang itu-itu juga. Dari logat bicaranya, para peminta sumbangan itu tampaknya berasal dari suku bangsa yang sama, salah satu suku bangsa di pulau Jawa.

Para peminta sumbangan itu mendatangi tiap rumah di daerah kami dengan sebundel proposal; sumbangan tempat ibadah, pesantren, maupun panti asuhan anak yatim/piatu.
Yang tentu saja membuat heran dan terkadang jengkel adalah, permohonan permintaan sumbangan tersebut berasal dari luar daerah, bahkan luar pulau.

Beberapa tetanggaku sudah terlanjur tak percaya dengan segala bentuk permintaan sumbangan yang mereka anggap sangat meragukan. "Jangan-jangan itu cuma akal-akalan mereka saja untuk mendapatkan duit dengan mudah," curiga seorang tetanggaku.
"Kalaupun mesti memberi atau mengeluarkan sumbangan, akan lebih baik memberikannya kepada banyak tempat ibadah di daerah sendiri yang juga sangat perlu bantuan," dalih seorang tetanggaku lainnya.

Bagiku soal minta sumbangan itu tak menjadi masalah besar sebenarnya. Jika memang ada duit lebih, aku biasa memberi mereka walaupun jumlahnya tak banyak; Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu. Atau kalau diantaranya yang ngotot minta agak banyak, aku sarankan agar si peminta sumbangan itu minta persetujuan Ketua RT dan Kepala Desa atau Lurah setempat.

Frekuensi para peminta sumbangan tersebut seiap hari dengan sasaran tempat yang berganti-ganti di daerah yang sama. Selain itu ditambah pula dengan maraknya para pengemis. Yang kembali sangat mengherankan adalah, para pengemis itu pun berasal dari suku bangsa yang sama dengan para peminta sumbangan.

Masalah ini sudah terlalu sering dikeluhkan warga, dilaporkan kepada Kepala Desa atau Lurah setempat, bahkan sampai dilaporkan ke Dinas Sosial. Sering kali Satuan Polisi Pamong Praja melakukan penertiban terhadap para pengemis dan peminta sumbangan, hingga dipulangkan, tapi mereka tetap datang lagi dengan modus yang lain, tapi intinya tetap cari duit dengan meminta dari warga. Kupikir mungkin karena daerah kami sebagai penghasil batubara terbesar di Kalimantan Selatan, sehingga semua warganya dikira banyak duit, dan perlu dibagi-bagi kepada yang menginginkannya. Padahal meski daerah kami kaya dengan batubara, tapi tak semuanya warga kami yang ikut menikmati hasil sumber daya alam tersebut. Kalaupun bisa kaya dari batubara, mesti berkerja untuk mendapatkan duit, bukan asal minta jadi pengemis atau berkedok sumbangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun