Ketika masih duduk di SD puluhan tahun lalu, saya diperkenalkan oleh guru dengan angka Romawi. Namun angka Romawi yang diperkenalkan ke saya dan juga teman-teman sekelas pada waktu itu, seingat saya cuma sampai hitungan ribuan; yang mana seribu = 1 ribu dilambangkan dengan huruf/abjad/alfabet kapital M.
Angka Romawi sebelumnya yang sudah diperkenalkan guru kami, adalah 1 = I (huruf kapital i), V = 5, X = 10, L = 50, C = 100, dan D = 500.
Otak anak kecil saya waktu membayangkan jika ingin menulis angka 9.000, maka mesti menuliskan hurf M secara berderet seperti ini; MMMMMMMMM, cukup ribet.
Ini belum jika misalkan kita ingin menuliskan angka, misalnya 9.999, berarti tulisannya mesti begini; MMMMMMMMMIM. Bagaimana kalau kita ingin menuliskan angka 1 juta = 1.000.000, berarti kita mesti menuliskan huruf kapital M sebanyak 1.000 kali (?) Mungkin kompasianer ada yang tahu angka 1 juta dalam angka Romawi ?
Untunglah kita tak menggunakan angka Romawi untuk berhitung ataupun menghitung. Digunakan untuk proses menambah, mengurang dan perkalian saja sulitnya minta ampun, apalagi misalnya digunakan untuk membagi. Misalnya saja 10 dibagi 3, yang jika menggunakan angka kardinal (cardinal number) hasilnya adalah 10/3 = sepuluh per tiga atau bila didesimalkan menjadi 0,3.
Untuk kemudahan yang sudah kita dapatkan dan rasakan dalam berhitung dan menghitung, angka 0 (nol) sangatlah punya peranan penting. Angka 0 (nol) ini tak dikenal dalam angka Romawi.
Adalah ilmuwan Muslim, Al Khawarizmi, atau lengkapnya Abu Ja'far Muhammad in Musa Al Khawarizmi yang lahir pada tahun 780 M/194 H di Khawarizi (sekarang Khiva) Uzbekistan, yang menemukan angka 0 (nol) tersebut.
Dunia patut berterima kasih kepada ilmuwan Muslim tersebut, yang memudahkan termasuk kita semua dalam melakukan penghitungan.
Dulu sebelum Al Khawarizmi memperkenalkan angka 0 (nol), para ilmuwan menggunakan semacam daftar yang membedakan satuan, puluhan ratusan, ribuan dan seterusnya. Daftar yang dikenal sebagai Abajus itu berfungsi menjaga setiap angka dalam bilangan agar tidak saling tertukar dari tempat atau posisi mereka dalam hitungan. Sistem ini berlaku hingga abad ke-12 Masehi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H