"Hah ?" cuma itu yang keluar dari mulutku tanda heran.
Aku pun terdiam setelah mendengar penuturan temanku itu.
"Kamu pasti tak percaya dengan perkataanku," ujar temanku sambil bangkit dari duduk dan berjalan ke arah wanita dan temannya itu. Sementara aku hanya diam di tempat belum sempat menyahut perkataan temanku tadi.
Kulihat temanku itu kemudian menyapa wanita itu, dan tampaknya mereka memang saling kenal. Aku tak dapat mendengar percakapan mereka karena terganggu suara mesin kapal yang mulai bergerak menjauhi dermaga.
Tak berapa lama temanku pun kembali duduk di sampingku.
"Kamu percaya kan dengan perkataanku ?" tanya temanku.
"Ya, aku percaya. Cuma sangat menyayangkan saja, cantik, keren, tapi buta huruf," ujarku dengan wajah iba.
"Makanya bila melihat sesuatu jangan selalu dari luarnya saja," sembur temanku seolah menceramahiku.
"Sialan kamu," sahutku seraya mengambil sebatang rokok dan menyulutnya.
Kupikir memang benar kata temanku, kita selalu saja melihat sesuatu dari luarnya saja, sedangkan kita belum tentu mengetahui yang sebenarnya secara keseluruhan.
Sungguh sangat disayangkan, rupanya orangtua si cantik itu mengabaikan pendidikan anaknya.